Wajah Ummat Islam Indonesia

Catatan Harian Abdul Rohman Sukardi – 14/06/2025

 

 

Wajah Islam banyak dipantulkan perilaku ummatnya. Walau terkadang terdapat bentangan jarak antara Islam dalam teks (kitab suci: Al Quán dan Hadits) dengan perilaku penganutnya itu. Publik hanya mencermati apa yang tampak dari penganut agama. Publik tidak cukup waktu menyelami sumber ajaran agama itu.

Lebih spesifik pada era digital, filosofi ajaran dan perilaku penganut agama terpantul dari dialektika digital. Apa yang mainstream mencuat dalam diskursus digital, itulah pantulan nyata wajah sebuah masyarakat, penganut agama. Bahkan pantulan wajah nyata dari sebuah agama itu sendiri.

Berdasarkan riset digital, dengan mengambil 10 top issue, 20% wajah Islam didominasi isu “Politik Identitas dan Polarisasi Umat”. “Relasi Islam dan Negara (Sekularisme vs Islamisme)” menempati porsi 15%. Radikalisme, Deradikalisasi, dan Stigmatisasi – 13%. Moderasi Beragama dan Respon Umat – 12%. Dakwah Digital dan Perang Narasi – 10%. Peran Ormas Islam dalam Wacana Publik – 8%. Ekonomi Umat dan Keadilan Sosial – 7%. Literasi Keagamaan dan Tantangan Disinformasi – 5%. 9. Isu Gender dalam Islam – 5%. 10. Reaktualisasi Nilai Keislaman dalam Konteks Kebangsaan – 5%.

Persentase di atas bukan data statistik kuantitatif resmi. Melainkan estimasi berdasarkan intensitas wacana dalam ruang publik (media sosial, media massa, forum keagamaan, dan politik) dalam 5 – 7 tahun terakhir. Tentu tetap saja bisa diadaptasi untuk kajian ilmiah atau diskusi strategis. Sebeum ada data baru yang lebih akurat.

Jika kita mencermati prosentase itu, bisa kita ambil kesimpulan sementara, proporsi gerakan akseleratif untuk kemajuan peradaban Islam hanya 12 % saja. Terdiri dari isu “Ekonomi Umat dan Keadilan Sosial” – 7% dan “Reaktualisasi Nilai Keislaman dalam Konteks Kebangsaan” – 5%. Selebihnya terjebak pada isu konvensional-tradisional yang sudah berlangsung berabad-abad. Singkat kata, ummat Islam masih belum beranjak secara akseleratif memajukan peradaban. Energinya masih terjebak dan tergerus untuk pertengkaran tradisional. Perulangan pertengkaran-pertengkaran lama masa lalu.

Lihat juga...