Iedul Adha, Industri Peternakan Rakyat dan Kemalasan Struktural

Iedul Adha, Industri Peternakan Rakyat dan Kemalasan Struktural

 

Catatan Harian Abdul Rohman Sukardi – 29/05/2025

 

 

Iedul adha, sering hanya dilihat dari aspek tradisi keagamaan. Tradisi muslim melakukan penyembelihan binatang Qurban. Untuk dibagi-bagi dagingnya kepada masyarakat.

Ada tiga keceriaan rakyat yang tidak bisa disediaan negara kepada rakyatnya pada momen itu.

Pertama, keceriaan spiritual pelakunya. Muslim yang diberi kemampuan melakukan penyembelihan binatang qurban akan merasakan kepuasan spiritual. Kepuasan itu tak terdeksripsikan. Bahwa ia dimampukan dan telah melakukan perintah agama itu.

Kedua, keceriaan penerima daging qurban. Terutama bagi masyarakat yang tidak setiap saat bisa menyantap daging dalam kesehariannya.

Ketiga, keceriaan bagi peternak dan pedagang hewan qurban. Ekonomi rakyat bergerak secara mandiri, tanpa stimulus pemerintah. Oleh jual beli, peternakan dan usaha penggemukan hewan qurban.

Tahun 2021 omset nasional hewan qurban mencapai 26,4T, 2022 (27 T), 2023 (48,9 T), 2024 (29,55 T). Tahun 2025 diprediksi menurun seiring perlambatan ekonomi masyarakat. Menurun 233.000 orang pekurban dari tahun 2024. Angka-angka itu menunjukkan sebuah pasar ternak yang tidak kecil. Industri peternakan digerakkan oleh tradisi keagamaan kaum muslim. Bukan oleh rekayasa negara.

Terdapat gap market di dalam negeri (surplus). Antara kebutuhan binatang qurban dan kemampuan peternakan rakyat menyediakannya. Tahun 2021 surplus (7000 ternak), 2022 (400.000 ternak), 2023  (1.410.000 ternak). Tahun 2024 (90.000 ternak), 2025 (100.000 ternak). Angka-angka ini merupakan data kasar diserap dari berbagai sumber yang angka pastinya tidak sama.

Lihat juga...