Iedul Adha, Industri Peternakan Rakyat dan Kemalasan Struktural

Pada sisi lain, terdapat pasar ternak qurban dalam radius dekat maupun jauh. Negara-negara radius dekat seperti Malaysia, Brunai maupun Singapura. Ini berdasarkan gap market, antara permintaan dan kemampuan pemenuhan permintaan hewan qurban di negara-negara itu.

Malaysia impor 200.000 s.d 300.000 ekor ternak (sapi dan kambing) setiap tahun. Indonesia berpotensi ekspor dalam kisaran 20-30%. Sekitar 40.000 – 90.000 per tahun. Valuasinya mencapai US$ 48 juta (768 miliar rupiah) s.d US$ 135 (2.160 miliar rupiah atau 2 T lebih).

Brunei impor 5.000 s.d 10.000 ekor ternak pertahun. Indonesia berpotensi mengisi (50-70% pasar). Singapura terbuka potensi ekspor ternak Indonesia sebesar 3.500 s.d 7000.

Saudi Arabia, memerlukan 2 juta binatang qurban setiap tahun. Dipasok Sudan, Ethiopia dan Australia. Jika Indonesia mengambil segmen 5% saja, jumlahnya sudah 100.000 ekor per tahun. Valuasinya bisa mencapai 800 Miliar per tahun. Tetu potensi penetyrasi ekspor ke Saudi lebih besar dari itu.

Distribusi daging qurban para jamaah haji dilakukan melalui “Adahi Project”. Program resmi pengelolaan kurban dan dam (denda haji) oleh Islamic Development Bank (IsDB). Di distrbusikan ke lebih 30 negara miskin.

Problem terbesar ekspor ternak qurban Indonesia adalah karantina, sertifikasi dan kesehatan hewan. Negara tujuan mewajibkan standar ketat (bebas PMK, brucellosis, anthrax). Peternak rakyat belum terfasilitasi untuk pemenuhan persyaratan itu.

Fragmentasi peternakan rakyat. Produksi ternak skala kecil, sulit konsolidasi kuantitas dan kualitas. Minimnya infrastruktur logistik ekspor. Belum banyak pelabuhan dengan fasilitas ekspor ternak hidup. Kapal ternak terbatas.

Lihat juga...