Kisah Kasijem Pedagang Jamu Gendong di TMII

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

JAKARTA – Separuh jiwa Kasijem hilang, saat melihat berita di televisi Ibu Negara Raden Ayu Fatimah Siti Hartinah atau Ibu Tien Soeharto wafat, tepatnya tanggal 28 April 1996, di usia 72 tahun.

Bertepatan dengan itu pula, suami Kasijem sedang terbaring di rumah sakit di daerah Wonogiri, Jawa Tengah. Suaminya mengidap tumor dan harus dioperasi.

Pikiran Kasijem pun berkecamuk, tak kuasa menahan tangis saat melihat suaminya terbaring di rumah sakit. Ditambah mendengar berita wafatnya Ibu Tien Soeharto dari siaran televisi yang ditontonnya di rumah sakit.

“Suami sakit harus operasi. Ibu Tien Soeharto meninggal dunia, saya kaget. Ya Allah terasa jiwa saya hilang kaya kehilangan emak (ibu). Beliau itu bagi saya sosok ibu yang berhati mulia peduli rakyat kecil seperti saya ini,” kata Kasijem saat dihubungi, Kamis (30/4/2020).

Kasijem adalah pedagang jamu gendong di kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) sejak tahun 1987. Dia pun berkisah awal mula dagang jamu di Indonesia Mini yang dibangun oleh Ibu Tien Soeharto.

Setiap pulang dagang jamu dari Pasar Induk Kramatjati, Jakarta Timur, Kasijem selalu melewati TMII, untuk kemudian pulang ke rumah kontrakannya di dekat pintu dua TMII.

Kasijem meminta izin kepada petugas pintu untuk masuk ke area TMII, menuju rumahnya di dekat pintu dua.

“Bapak permisi, saya mau pulang ke pintu dua. Petugas pun mengizinkan saya, alhamdulillah. Saya setiap hari pulang jualan jamu dari Pasar Induk itu lewat TMII, masuk dari pintu utama untuk pulang ke kontrakan,” ucap Kasijem mengenang.

Suatu hari, saat pulang dari Pasar Induk dan didapati jamunya masih belum habis dia melintas area TMII, Kasijem pun tidak langsung pulang ke kontrakan. Tapi keliling dulu di kawasan TMII untuk mencoba jamunya kepada pengunjung.

Lihat juga...