Kisah Kasijem Pedagang Jamu Gendong di TMII

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Begitu pula dengan sosok Pak Harto, yang sangat peduli terhadap rakyatnya, seperti saat bertemu dengan pedagang jamu. Beliau selalu menyapa dan menyalami dengan terus menebar senyum khasnya.

“Kita disalami Pak Harto dan disapa. Pak Harto bilang, ‘wah ini orang Jawa asli, jamu kesukaan saya. Aduh bangga banget saya bukannya senang lagi, Beliau sosok kebapakan yang sayang rakyatnya,” kata Kasijem.

Namun menurutnya, setelah Pak Harto tidak lagi menjadi Presiden, pedagang jamu gendong tidak pernah lagi menjadi penyambut tamu utama di TMII.

“Malah disuruh menepi kalau ada Presiden atau tamu, beda zaman Pak Harto dan Ibu Tien Soeharto. Ibu negara yang sekarang saja, nggak kenal belum pernah ketemu,” ujarnya polos.

Dia menyebut, pedagang jamu gendong dulunya berpusat di anjungan Jawa Tengah, dan memiliki paguyuban yang hingga kini masih erat terjalin. Sebulan sekali bertemu untuk silaturahmi sekaligus arisan.

Pertemuan rutin itu menurutnya, terbukti mampu mempererat persaudaraan sesama pedagang jamu gendong.

Namun kini kata Kasijem, silaturahmi tidak lagi di anjungan Jawa Tengah, tapi di rumah para pedagang jamu secara bergiliran setiap Senin Legi.

Saat ulang tahun TMII, selalu digelar Festival Jamu Gendong yang diikuti sekitar 250 orang perwakilan pedagang jamu gendong se-DKI Jakarta. Festival ini digelar berkat kerjasama TMII, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan PT Sari Ayu, perusahaan kosmetik.

Festival Jamu Gendong pernah beberapa kali disaksikan oleh Ibu Tien Soeharto. “Saat kita tampil kontes, kan diiringi lagu Suwe Ora Jamu. Itu, Ibu Tien Soeharto, suka ikut nyanyi dan gerakin badan sambil duduk di kursi. Beliau bilang ayu-ayu mbok jamunya,” ucap Kasijem.

Lihat juga...