Kualitas Gabah Petani Lamsel Rusak Imbas Walang Sangit

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Populasi hama walang sangit yang muncul pada sejumlah petak sawah menurutnya imbas dari penanaman tidak serentak pada satu hamparan.

Proses penanaman padi tidak serentak pada satu hamparan imbas hama keong mas. Sejumlah tanaman yang disulam dengan benih baru mengakibatkan tanaman padi muda jadi tempat berkembang walang sangit.

Penanaman serentak pada satu hamparan menjadi salah satu solusi meski tidak dilakukan oleh petani di wilayah tersebut. Masa penebaran bibit, pengolahan lahan dan ketersediaan air jadi kendala.

“Petani tidak bisa melakukan penanaman serentak karena benih yang ditanam belum cukup umur sehingga masa tanam terlambat,” beber Lisdiyanto.

Proses meminimalisir hama walang sangit menurut Lisdiyanto menggunakan cara tradisonal. Pemasangan perangkap dengan bangkai kepiting, ikan asin, keong mas yang dipasang pada serabut kelapa.

Serabut kelapa yang ditancapkan pada petak sawah akan diberi bangkai kepiting yang disukai hama walang sangit. Perangkap itu akan disemprot dengan agens hayati dari fermentasi daun sirsak, sereh dan pace.

Meminimalisir hama walang sangit menurut Lisdiyanto harus rutin dilakukan. Sebab jika tidak diatasi dengan baik hama walang sangit berpotensi menurunkan produksi panen gabah kering panen (GKP).

Pada lahan seluas setengah hektare ia menyebut bisa mendapatkan hasil panen 3,5 ton. Namun dampak walang sangit hasil hanya bisa mencapai 3 ton.

Penggunaan asap pada area lahan sawah diakuinya jadi cara lain mengusir hama walang sangit. Proses pembakaran serabut kelapa dengan belerang sekaligus menjadi cara mengusir hama lain.

Sebab selain hama walang sangit, pada masa tanam pertama (MT1) ia juga menghadapi hama burung pipit, tikus dan wereng yang berpotensi menurunkan produksi padi.

Lihat juga...