Pohon Tuhan

CERPEN YUDHI HERWIBOWO

Tali-tali pun kembali dipasang di seluruh bagian pohon itu. Kali ini, Barabujjak sendiri yang menghitung, “Satuuu… Duaaa… Tariiiik!!!”

Kali ini pohon itu nampak mulai bergerak. Barabujjak hampir saja menyambutnya dengan sorak gembira, tapi hanya sepengedipan mata kemudian, pohon itu tiba-tiba jatuh ke tanah begitu saja!

Suara pohon yang mengempas tanah terdengar memekakkan, getarannya yang kuat seperti akan meruntuhkan seluruh tebing jurang. Membuat kuda-kuda dan kerbau-kerbau begitu ketakutan, termasuk para anak buah Barabujjak.

Barabujjak sendiri hanya mengusap dahinya. Ia sempat berpikir kalau tebing di sekitar jurang ini akan roboh dan menimbun mereka semua di sini. Tapi ia lega itu hanya ketakutannya saja.

Ia segera memerintahkan orang-orangnya untuk kembali menarik pohon itu, diiringi tatapan ragu sebagian besar anak buahnya, termasuk orang kepercayaannya.

Barabujjak kemudian berkata, “Kalau kita bersalah telah mengambil Pohon Tuhan, kita pastilah sudah dihukum dengan tertimbun di jurang ini! Tapi ternyata Tuhan tak memberi hukuman apa-apa. Itu artinya: yang kita lakukan bukanlah sebuah kesalahan. Jadi bawalah pohon ini ke kota kita! Kita muliakan pohon ini lebih dari penduduk desa di sini memperlakukannya.“

Pada akhirnya, pohon itu tiba juga di Kota Ular. Barabujjak segera memerintahkan untuk membangun 4 pilar besar yang mampu mengikat pohon itu sehingga ia nampak melayang di udara. Lalu ia mulai memerintahkan orang-orang di kotanya untuk berdoa pada pohon itu.

Di hari pertama pohon itu dibuka untuk umum, Barabujjak sendiri yang memimpin doa bersama. “Ini adalah Pohon Tuhan yang telah lelah. Terus berdoalah di sini, agar ia kembali dapat melayang seperti sedia kala,” ujarnya dengan suara paling khusuk.

Lihat juga...