Tapi berapa lama pohon yang tercerabut dari akarnya bisa bertahan? Beberapa bulan saja, pohon itu sudah membusuk. Ia menguarkan bau busuk yang menyengat ke seluruh sudut kota, terutama ke kediaman mewah Barabujjak.
Barabujjak pun segera memerintahkan anak buahnya untuk membuang pohon itu jauh-jauh. Anehnya, walau pohon itu sudah dibuang jauh, bau busuk tetap tercium.
Barabujjak hanya bisa berteriak pada orang kepercayaannya, “Guoblok sekali kalian yang membuang pohon itu begitu saja! Kalian harus menguburnya, Toloool!!! Apa kalian tak pernah tahu, kalau mayat yang dibiarkan tak dikubur juga akan menguarkan bau busuk?! Dasar guoblok!!!”
Orang kepercayaan itu hanya bisa menunduk. Ia hampir saja membantah, “Waktu itu, Tuan hanya memerintahkan membuangnya jauh-jauh! Sama sekali tak menyuruh kami menguburnya!”
Tapi ia hanya berlalu sambil membawa kembali orang-orangnya ke tempat membuang pohon itu. Di situ ia mengubur pohon itu dalam-dalam.
Tapi walau sudah dikubur begitu dalam, bau busuk itu tak juga hilang di Kota Ular. Bau busuk itu seakan telah menyatu dengan udara di seluruh kota untuk selama-lamanya.
***
JAUH dari Kota Ular, seorang gadis muda diam-diam datang ke Jurang Jarra. Ia adalah satu-satunya orang yang selamat dari pembantaian beberapa tahun lalu di desanya. Awalnya ia hanya berniat berdoa untuk ayah dan seluruh penduduk desa yang tewas di hari itu.
Tapi ia tertegun saat tiba di mana Pohon Tuhan dulu berada. Di situ dilihatnya pohon-pohon kecil –yang nampak tumbuh dari biji– melayang memenuhi hampir seluruh jurang ini. Jumlahnya ratusan, bahkan mungkin ribuan. Seketika gadis itu teringat kembali dengan pertanyaan lugunya pada ayahnya dulu…