Pohon Tuhan

CERPEN YUDHI HERWIBOWO

“Kalau ini sampai terlihat orang lain,” ujarnya pada orang kepercayaannya, “Bisa hancur reputasiku yang baik hati ini. Selesaikanlah semuanya lebih dulu, seperti biasa!”

Orang kepercayaannya itu hanya mengangguk. Ia segera membagi pasukannya menjadi dua kelompok. Yang satu bertugas membuang mayat-mayat itu ke tempat yang aman, dan yang satu lagi segera memisahkan diri dari iring-iringan untuk menuju ke arah desa-desa di sekitar jurang.

Hanya ada satu perintah saat itu: siapa pun yang terlihat oleh mereka, segera tebas tanpa ampun!
Kepanikan pun terjadi. Orang-orang yang tersisa –kebanyakan anak-anak, perempuan dan orang-orang tua– segera berlarian untuk menyelamatkan diri.

Satu-satunya yang terpikir oleh mereka adalah melarikan diri menuju jurang, di mana Pohon Tuhan berada.

Anak buah Barabujjak terus mengejar dengan pedang mereka yang telah bersimbah darah. Di dekat Pohon Tuhan, orang-orang desa itu segera berlutut dan berdoa dengan tangisan mereka.

“Pohon, selamatkanlah kamiiiii…”

“Selamatkan kamiii…”

Tapi Pohon Tuhan tak bergeming. Anak buah Barabujjak mulai mendekati mereka, lalu teriakan-teriakan kematian terdengar satu demi satu.
***
BARABUJJAK memimpin sendiri proses penarikan Pohon Tuhan dari Jurang Jarra. Strateginya sangat sederhana, ia memerintahkan orang-orangnya untuk mengikat pohon itu dengan tali terkuat, lalu puluhan kuda dan kerbau akan menariknya pelan-pelan.

Sudah dibayangkan pohon yang melayang itu akan mengikut tarikannya, seperti balon udara yang ditarik seorang bocah.

Tapi rupanya, kuda dan kerbau tak cukup kuat menarik pohon itu. Walau dipecut puluhan kali, pohon itu tetap tak bergeming. Barabujjak segera memerintahkan 300 anak buahnya untuk ikut menarik bersama.

Lihat juga...