Mulai Panen, Cengkau di Lampung Selatan Berburu Petai

Editor: Mahadeva

LAMPUNG – Panen petai (Parkia speciosa) di Lampung Selatan menambah penghasilan warga. Utamanya mereka yang tinggal di Desa Karangsari, Kecamatan Ketapang.

Zaldi, warga Desa Karangsari, Kecamatan Ketapang menyebut, potensi tanaman petai membuka peluang mendapatkan penghasilan baginya yang berprofesi sebagai cengkau. Cengkau komoditas pertanian, pekerjaanya mengikuti musim panen komoditas tertentu. Dua bulan terakhir, Dia berburu petai ke sejumlah kebun milik petani. Sebelumnya, Zaldi, berburu kakao.

Berbekal timbangan, Dia membeli kakao seharga Rp20.000 hingga Rp23.000 perkilogram, sesuai kadar air. Sementara untuk petai, Dia menerapkan sistem lelang. Di wilayah Kecamatan Ketapang, petani menanam petai di batas kebun. Satu bidang kebun, rata-rata memiliki tujuh hingga 10 batang tanaman petai. Lelang dilakukan dengan memperhitungan hasil buah berdasarkan empong. Satu empong petai berisi sekira 100 papan atau keris.

Zaldi,salah satu warga Desa Karangsari Kecamatan Ketapang Lampung Selatan melelang petai dari petani untuk selanjutnya dijual kepada pengepul di wilayah Pematang Pasir,Selasa (5/11/2019) – Foto Henk Widi

“Cengkau harus piawai mengkalkukasi awal satu pohon petai menghasilkan berapa empong. Sehingga nilai lelang bisa ditetapkan sekaligus berhitung penyusutan, akibat hama tupai dan biaya pemetikan,” ungkap Zaldi, saat ditemui Cendana News, Selasa (5/11/2019).

Sesuai dengan estimasi harga saat ini, Zaldi menyebut, harga perempong petai adalah Rp75.000 di tingkat petani. Satu pohon rata-rata menghasilkan 10 empong petai. Pemilik kebun memilih menjual petai yang dihasilan, sebagai sumber penghasilan tambahan. Saat kemarau, komoditas pertanian tidak menghasilkan, dan petani masih bisa memanen petai. Meski demikian, petai yang dihasilkan tahun ini memiliki produksi yang lebih sedikit dibanding tahun sebelumnya.

Lihat juga...