Bupati Tanjung Jabung Barat: Ide Ibu Tien Soeharto Bangun TMII Sangat Mulia

Editor: Koko Triarko

Pada gelaran ini, Kabupaten Tanjung Jabung Barat mewakili Provinsi Jambi dengan tema Kesenian Silat Al-Wafi.

“Kami tampil di parade pencak silat nusantara ini sebagai bukti melestarikan budaya warisan leluhur daerah kami,” ujar Safrial.

Maka itu, dia mengaku di ajang ini pihaknya tidak mengejar target juara. Yang terpenting adalah bisa melestarikan kebudayaan daerah yang hingga kini masih dipertahankan.

“Budaya itu berlatar belakang dari perjuangan kita melawan Belanda. Di daerah kami, ada kisah Panglima Supi dan Panglima Bujal berperang melawan penjajah Belanda,” ujarnya.

Seperti dalam tema Kesenian Silat Al-Wafi yang ditampilkan pada parade pencak silat nusantara ini, jelas dia, yakni sebuah kisah yang bermula pada sekitar 1500, bermukim seorang suku Melayu Jambi yang merintis sebuah daerah bernama Lubuk Bedaro, yang sekarang dikenal dengan Desa Pulau Pauh.

Di sana lahirlah pejuang kakak beradik bernama panglima supi dan bujal. Keseharian mereka sebagai petani dan berkebun di pulau Bungo.

Beranjak dewasa, Panglima Supi dan Bujal berperang melawan Belanda di perbatasan Jambi dan Palembang. “Panglima Supi bertugas menjaga wilayah Tanjung Jabung hingga Kerinci, dan menjadi penggerak masyarakat sekitar,” ujar Safrial.

Kisah heroiknya adalah pernah melawan tujuh kapal pejajah Belanda di sungai Sentang dengan menggunakan senjata keris yang dibulang.

“Bulang adalah pengikat keris ke tangan, agar tidak lepas saat bertarung. Panglima Bujal berhasil mengalahkan enam kapal pasukan Belanda,” ujarnya.

Sedangkan kapal ke tujuh, Panglima Bujal sudah kelelahan. Dia pun menghembuskan napas terakhir di tangan penjajah Belanda, dan dimakamkan di Bayung Lincir.

Lihat juga...