Stasi Santo Yohanes de Britto, Rehab Gereja dari Sampah

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Supri mengungkapkan pada hari Minggu Misi Sedunia di gereja Santo Ferdinando Kalianda ratusan umat berkumpul. Setelah acara ekaristi dilanjutkan kegiatan anak anak misioner, sejumlah sampah plastik, kertas dibuang pada sejumlah lokasi tempat sampah.

Sampah yang dibuang tersebut selanjutnya dikumpulkan pada karung berukuran besar untuk dibawa ke penampungan.

Mencari sampah untuk tambahan dana merehab gereja menurut Supri akan terus dilakukan. Sebab pencarian sampah menjadi cara umat menabung untuk menambah dana bagi perehaban gereja. Setiap hari pada waktu luang sebagian umat memilih mencari dan mengumpulkan sampah untuk ditampung pada lokasi yang sudah ditentukan.

“Sampah akan disortir di penampungan dipisahkan antara gelas plastik, botol dan kertas lalu akan ditimbang secara rutin setiap dua pekan,” papar Supri.

Sejumlah sampah plastik disebutnya memiliki nilai jual yang cukup lumayan. Jenis gelas plastik minuman dan botol minuman menurutnya dibeli oleh pengepul seharga Rp1.000.

Mendapatkan sampah sekitar 100 kilogram saja umat bisa mendapat hasil Rp100.000. Sejak pertama kali dilakukan dari hasil pengumpulan sampah, sudah dilakukan penjualan sebanyak empat kali.

Selain mengumpulkan sampah, umat Katolik stasi Yohanes de Britto menjual sejumlah makanan ringan. Ana, salah satu anggota OMK menyebut kegiatan berjualan makanan ringan diantaranya minuman es buah, sosis, bakso, nugget goreng dilakukan setiap pekan.

Ana, salah satu Orang Muda Katolik stasi Santo Yohanes de Britto menjual bakso goreng dengan hasil penjualan digunakan untuk perehaban gereja, Minggu (20/10/2019) – Foto: Henk Widi
Lihat juga...