INDEF: Indonesia Harus Waspada Risiko Resesi Ekonomi Global

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga terkendala karena adanya tekanan nilai tukar yang berasal dari kegiatan impor. Sehingga perlu melakukan pengendalian terhadap nilai tukar US terhadap rupiah.

“Artinya perlu mendorong perbaikan neraca pembayaran,” imbuhnya.

Selain itu, adanya kenaikan harga komoditas akibat tingginya inflasi. Sehingga Bank Indonesia (BI) perlu melakukan optimalisasi inflasi targeting dengan stabilisasi volatilitas harga. Dengan mengefektifkan kinerja Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), terutama barang-barang yang berkontribusi terhadap inflasi tinggi.

Kebijakan makro-prudential yang efektif dan pruden. Dengan cara BI menurunkan suku bunga acuan hingga efektif dan prudent. “Harapannya BI menurunkan hingga pada besaran 5 persen,” ujar Rizal.

Menurutnya, juga perlu dilakukan sinergitas policy-mix, yaitu antara ekspansi fiskal dan ekspansi moneter secara sinergis dalam kurun waktu yang bersamaan.

“BI dan pemerintah perlu duduk bersama  melakukan antisipasi resesi ini tidak hanya untuk jangka pendek, tetapi jangka panjang,” tukasnya.

Sehingga kebijakan yang dihasilkan dan diimplementasikan akan mendorong terhadap pertumbuhan ekonomi sesuai yang ditargetkan tahun ini yaitu sebesar 5.3 persen.

“Apabila tidak tercapai, tentu saja resesi akan menghampiri kinerja ekonomi Indonesia, suka ataupun tidak suka,” pungkasnya.

Lihat juga...