INDEF: Indonesia Harus Waspada Risiko Resesi Ekonomi Global

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Apabila dilihat dari aspek produksi; pertumbuhan didorong oleh hampir semua lapangan usaha. Yakni dimana pertumbuhan tertinggi dicapai Lapangan Usaha Jasa Lainnya yang tumbuh 10,73 persen.

Jika diperdalam lagi dalam konteks struktur dan pertumbuhan PDB, menurut lapangan usaha per triwulan II 2019 ini menunjukkan bahwa struktur PDB yang memberi kontribusi ketiga pertama adalah Industri, pertanian dan perdagangan.

Tetapi lapangan usaha yang memberikan kontribusi tertinggi terhadap PDB growth adalah sektor jasa lainnya, sektor teknologi informasi dan komunikasi (TIK), dan jasa perusahaan.

“Menurut hemat saya, terjadi reses di Indonesia sangat tergantung pada beberapa indikator,” ujar Rizal.

Ancaman resesi pada Indonesia, tergantung pada keadaan ekonomi Amerika Serikat (AS). Yakni pada kebijakan pemerintah Presiden Dunald Trump, tentang trade dan currency war dan kebijakan the Fed.

Selain itu, siklus 10 tahunan ekspansi ekonomi AS. Dan sekarang ini sudah lebih dari 10 tahun hingga saat ini masih belum terjadi konstraksi.

Ini menjadikan kondisi bunga investasi jangka panjang di bond pemerintah lebih rendah dari jangka pendek. Artinya imbal balik investasi akan cenderung bernilai negatif. “Hal ini menunjukkan bahwa akan terjadi pesimisme terhadap ekonomi panjang, juga pertanda resesi ke depan,” ujarnya.

Adapun beberapa permasalahan yang dihadapi Indonesia, saat ini adalah pertama, menurutnya, sulitnya ekonomi dalam negeri mencapai pertumbuhan sebesar 6-7 persen.

Ini disebabkan salah satunya oleh optimalisasi dan keseriusan dalam peningkatan industri manufaktur nasional. Sehingga belum berkembang dan sesuai harapan.

Lihat juga...