Konsep Ekonomi Melingkar Berkontribusi Kurangi Sampah Pesisir

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Meski masih mempergunakan plastik sebagian mulai dikurangi dengan proses daur ulang serta pemanfaatan berkelanjutan untuk menghasilkan nilai ekonomi lebih.

Sejumlah langkah di tingkat pedesaan diakuinya bisa dilakukan dengan membuat peraturan desa (Perdes). Perdes tentang pengelolaan sampah dilakukan untuk mengurangi peredaran sampah plastik di pantai khususnya desa yang ada di pesisir.

Ia mengajak masyarakat gencar kembali mempergunakan pembungkus makanan dari daun, membuat kompos dari sampah basah, membuat bank sampah.

“Dorongan untuk pengelolaan sampah memiliki tujuan menjaga kelestarian lingkungan, namun memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat,” cetus Lita.

Lita menambahkan, tantangan sampah laut sangat mengancam bagi ekosistem di perairan. Ia menyebut sesuai data ekosistem, Indonesia berada dalam bahaya besar akibat kebocoran sampah yang terus berlangsung.

Laju pertumbuhan penduduk di pesisir, juga tingkat pencemaran. Hal tersebut didasari oleh kajian dari lembaga Ocean Conservancy yang menemukan bahwa 28% ikan di Indonesia mengandung material plastik akibat mengonsumsi partikel plastik di perairan.

Selian itu data lain menyebut volume timbunan sampah laut yang besar mencapai 3,22 juta ton sampah yang tidak terkelola dengan baik. Imbasnya sebanyak 1,29 juta ton metrik sampah plastik berada di lautan setiap tahun.

Selain itu sumbangan sampah perkotaan sebesar 46% berasal dari perkotaan yang mengalir ke perairan dari sungai dengan 1,29 juta ton metrik sampah 30% diantaranya merupakan sampah plastik.

Sejumlah sampah yang terbuang ke laut disebut Lita terbagi menjadi 7 jenis. Jenis sampah pesisir diantaranya plastik dari materi polimer sintetis mulai jaring ikan, botol plastik dan kemasan plastik.

Lihat juga...