Angin Kencang, Padi Petani di Lamsel Roboh
Editor: Satmoko Budi Santoso
Ambruk atau robohnya tanaman padi tersebut diakuinya cukup meresahkan karena bersamaan dengan musim penghujan. Genangan air yang berada di sawah diakuinya berpotensi merusak tanaman padi yang ditanam dengan sistem organik tersebut.
Sebelumnya ia menyebut menanam varietas padi Pandan Wangi yang rentan roboh. Saat beralih menanam padi varietas IR 64 tinggi ia mengaku masih tetap mengalami kendala terjangan angin kencang disertai hujan.
Sebelum tanaman padinya memasuki masa menguning dan roboh, tanaman padi miliknya sempat diserang hama lembing. Hama lembing tersebut mengakibatkan batang tanaman padi layu dan tidak berbuah meski penanganan awal dilakukan sehingga kerugian bisa ditekan.
Penggunaan pestisida untuk menyemprot lembing membuat tanaman padi miliknya selamat. Meski demikian hasil tetap berkurang dengan luas lahan sepertiga hektare sebelumnya mendapat 20 karung saat panen musim ini ia mengaku hanya mendapatkan 18 karung.
Serupa dengan Sutilah, petani lain bernama Marjoko mengaku padi yang roboh membuat ia cemas. Padahal sebelum padi menguning sejumlah hama mengganggu tanaman padi varietas Ciherang miliknya.
Ia menyebut sebelumnya harus mengeluarkan biaya ekstra untuk menyemprot tanaman padi menghindari hama lembing serta walang sngit. Sebelum padi menguning secara merata hama tikus membuat sebagian petak sawah miliknya rusak dan bulir padi tidak berisi.
“Hama tikus membuat batang padi patah serta bulir padi tidak berisi sehingga produksi pasti berkurang,” beber Marjoko.
Tanaman padi yang roboh disebut Marjoko lebih parah dibandingkan milik petani lain, pasalnya lokasi sawah berada pada hamparan yang tinggi. Sebagian tanaman padi yang tertutup oleh pepohonan dan juga kontur lembah lebih aman dari terjangan angin kencang.