Produksi Jagung Anjlok, Hasil Panen Pisang Jadi Penolong
Editor: Mahadeva
LAMPUNG – Kurangnya pasokan air pada saat musim pembungaan tanaman jagung, berimbas tidak baik bagi petani di Lampung Selatan. Hasil tanaman jagung kali ini minim.
Murwanto (40), salah satu pemilik lahan jagung di Desa Hatta, Kecamatan Bakauheni, Lamsel, menyebut, lahan setengah hektare miliknya yang ditanami jagung, dipastikan mengalami penurunan produksi. Jagung varietas bisi dengan bibit 6 kampil (30 kilogram), sebagian tumbuh kerdil dengan tongkol buah tidak maksimal.
Hasil panen jagung yang biasanya mencapai satu ton, kali ini diprediksi hanya akan mencapai setengah ton. Musim hujan yang turun saat tanaman jagung mulai berbuah, tidak berhasil membantu pertumbuhan. Meski sebagian berbuah, jagung yang seharusnya bisa menghasilkan dua tongkol hanya menghasilkan satu tongkol. Beruntung disela-sela batas kebun dan sebagian lahan ditanami pisang.
Tanaman pisang jenis janten, kepok, raja nangka, muli, ambon, serai, ditanamnya. Panen pisang kali ini mampu menolong Murwanto. Ratusan tanaman pisang bisa dipanen sepuluh hari sekali, untuk memenuhi kebutuhan pengepul dijual kembali ke pasar. “Meski sempat mengandalkan tanaman jagung, namun karena produksi dipastikan anjlok akibat kondisi cuaca, petani memiliki komoditas alternatif berupa pisang,” terang Murwanto, Senin (4/2/2019).
Satu kali panen, Murwanto bisa mendapat 50 hingga 60 tandan pisang. Panen dilakukan secara bergilir. Pisang dijual pertandan menyesuaikan jenisnya. Harga setandan pisang kepok dijual Rp20.000, raja nangka Rp30.000, muli Rp12.000, pisang janten Rp12.000, seari Rp12.000 dan berbagai jenis pisang lain, rata-rata di atas Rp10.000 pertandan.