Pengungsi di Desa Kunjir Lamsel Memasak dengan Alat Pinjaman

Editor: Satmoko Budi Santoso

Tinggal di pengungsian diakuinya membuat ia rela berbagi satu tenda untuk sejumlah keluarga lain meski hanya bersekat terpal.

Sejumlah tenda lain dibuat sebagai lokasi tempat tinggal satu keluarga dengan jumlah lima KK hingga 8 KK. Turiah dan sejumlah warga lain mengaku bertahan, karena rumah yang dimiliki di Desa Kunjir telah hilang disapu gelombang tsunami.

Warga lain bernama Jafar (50) menyebut, kondisi tenda pengungsian terbuat dari atap terpal membuat ia harus rela kepanasan.

Saat malam hari hujan, sejumlah keluarga bahkan harus kedinginan akibat tampias oleh air hujan. Penghuni tenda selanjutnya mulai membuat parit-parit untuk mengalirkan air agar tidak menggenangi lokasi tenda pengungsian.

Jafar juga menyebut, masih menunggu proses pembuatan huntara yang dibangun tepat di lokasi tenda pengungsian.

Jafar, salah satu pengungsi asal desa Kunjir yang masih bertahan di tenda pengungsian SMAN 1 Rajabasa, Lampung Selatan – Foto: Henk Widi

Jafar menyebut, sebagian warga yang tidak memiliki rumah memilih tinggal di rumah kerabat yang tidak terimbas tsunami. Sesuai rencana saat huntara dibuat di area SMAN 1 Rajabasa, ada sebanyak 83 kepala keluarga menempati huntara tersebut.

Petugas dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Lamsel dan Dinas Pemukiman masih melakukan proses penyiapan lahan dengan meratakan lokasi menggunakan alat berat.

“Warga yang bertahan di tenda pengungsian merupakan korban yang tidak memiliki rumah sehingga harus menempati tenda pengungsian hingga huntara dibuat,” terang Jafar.

Pada pos pengungsian SMAN 1 Rajabasa tersebut juga dibuat posko logistik untuk kebutuhan pengungsi. Selain menyediakan kebutuhan logistik makanan dan pakaian, sejumlah bantuan diberikan berupa keperluan sekolah bagi pengungsi yang memiliki anak usia sekolah.

Lihat juga...