Cengkau, Pekerjaan Sampingan Warga di Lamsel

Editor: Koko Triarko

LAMPUNG — Musim panen hasil pertanian jenis kopi arabica dan kakao di wilayah kecamatan Rajabasa, Penengahan dan Kalianda, menjadi peluang bagi warga setempat.

Salah satu warga desa Gayam, kecamatan Penengahan, Lampung Selatan, Amin (40), menyebut usaha sambilan sebagai cengkau dijalaninya hampir sepuluh tahun. Pekerjaan cengkau merupakan perantara dalam perdagangan yang umumnya hasil perkebunan.

Sesuai sejarahnya, sebutnya, cengkau sudah ada semenjak kejayaan perkebunan cengkih di Lampung Selatan. Sejumlah warga yang memiliki kebun cengkih menjual ke pengepul besar dan gudang. Selama proses penjualan tersebut, peran perantara untuk mengangkut, menjual ke gudang diperlukan. Sejak itu, cengkau di wilayah Lampung Selatan semakin dikenal dalam sektor perkebunan kopi, cengkih dan kakao.

“Cengkau bisa dikerjakan oleh warga yang bahkan tidak memiliki kebun sama sekali, asalkan memiliki modal kendaraan dan uang, tetap bisa menjalankan profesi tersebut,” terang Amin, Selasa (10/4/2018).

Setelah tanaman perkebunan cengkih mulai berganti menjadi lahan perkebunan kakao, profesi cengkau masih tetap eksis. Sepanjang bulan April hingga Juli, warga yang bekerja sebagai cengkau bahkan mulai bermunculan. Amin menyebut, sebagai cengkau dirinya sudah dikenal oleh para pemilik kebun kakao, kopi arabica di beberapa kecamatan. Prediksi harga, mengetahui kualitas komoditas pertanian termasuk penggunaan alat menjadi kunci baginya menjadi cengkau.

Saat ini, katanya, Cengkau bahkan harus lebih aktif melakukan komunikasi dengan agen, pemilik gudang. Sebab, khusus untuk komoditas kopi, kakao kerap mengikuti perkembangan harga komoditas di pasar internasional. Pantauan diakuinya dilakukan menggunakan media internet, sehingga estimasi harga beli bisa ditentukan untuk menghindari kerugian.

Lihat juga...