Rumah Hutan

CERPEN KEN HANGGARA

“Dulu kami menentang keputusannya, tetapi lama-lama kami mengerti. Kami tidak bisa mengatur kehidupan seperti apa yang dia inginkan. Tapi, sekarang kami bersyukur. Setidaknya kami bisa bertemu dengannya lagi dan melihat anak-anaknya,” kata seorang di antara mereka.

Aku tidak tahu apa yang harusnya kulakukan. Salah satu adikku mencoba mengusir mereka, tetapi kucegah. Kami pun hanya duduk diam sembari menunggu ibuku siuman. Pada saat itu, kami akan tahu keputusan terbaik macam apakah yang dapat kami ambil demi kebaikan ibuku dan saudara-saudaranya. ***

Gempol, 15 Februari 2018

Ken Hanggara lahir di Sidoarjo, 21 Juni 1991. Menulis puisi, cerpen, novel, esai, dan skenario FTV. Karya-karyanya terbit di berbagai media. Buku terbarunya berjudul Museum Anomali (Unsa Press, 2016) dan Babi-Babi tak Bisa Memanjat (Basabasi, 2017).

Redaksi menerima kiriman cerpen. Tema bebas yang pasti tidak SARA. Karya orisinil, belum pernah tayang di media online maupun cetak dan juga buku. Kirim naskah ke editorcendana@gmail.com. Disediakan honorarium bagi karya yang ditayangkan.

Lihat juga...