Begini Ketika Presiden Soeharto Memikirkan Solusi Kemacetan Jakarta

Editor: Satmoko

JAKARTA – Jakarta memang selalu diidentikkan dengan kemacetan, bukan Jakarta namanya kalau tidak macet. Kemacetan Jakarta sekarang semakin parah dari tahun ke tahun, terus meningkat.

Hal itu tentu sangat merugikan masyarakat yang semestinya dapat lebih produktif waktunya untuk aktivitas kerja.

Menurut perhitungan Bappenas, tahun 2017 kerugian yang diakibatkan karena kemacetan di Jakarta saja sudah mencapai Rp67,5 triliun. Sementara kerugian yang dialami di wilayah Bodetabek (Bogor Depok Tangerang Bekasi) mencapai Rp100 triliun per tahun.

Untuk mengurangi kerugian tersebut, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan, bersama pemerintah daerah seharusnya melakukan berbagai terobosan untuk solusi pemecahan kemacetan yang harus dilaksanakan secepatnya. Sebab kalau tidak, tentu kerugian yang ditimbulkan kemacetan akan semakin bertambah lagi.

Kemacetan semakin bertambah lebih parah lagi disebabkan karena proyek-proyek pemerintah sekarang seperti MRT (Mass Rapid Transit) dan LRT (Light Rail Transit) yang bertujuan supaya warga semakin mudah bepergian, namun justru membuat banyak pengamat perkotaan berpendapat, MRT maupun LRT diprediksi tidak akan mengurangi kemacetan secara signifikan.

Masalah kemacetan sebenarnya sudah lama dipikirkan solusi pemecahannnya oleh pemerintah, sejak zaman Orde Baru, sebagaimana dilansir dalam http://www.soeharto.co mengutip buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, yang diterbitkan Antara Pustaka Utama, Jakarta, 2008. Bahwa Presiden Soeharto menugaskan Menteri Perhubungan Azwar Anas untuk menyiapkan langkah-langkah guna menanggulangi kemacetan lalu lintas di beberapa kota besar. Antara lain dengan menerapkan jalur khusus bagi kendaraan umum, serta melarang kendaraan pribadi melewati jalan tertentu pada jam-­jam sibuk.

Lihat juga...