Ormas Perontok Negara dalam Kacamata Kapolri

OLEH EKO ISMADI

Eko Ismadi. Foto: Dokumentasi CDN

Bagi saya, pernyataan Tito tentang sejarah NU sudah tepat. Tidak ada yang salah bila ditinjau dari analisa tentang sejarah peristiwa, termasuk pemahaman akan manfaat dan guna sejarah. Namun, ketika Kapolri hanya menyebut NU saja, itu tetap fatal. Kapolri menjadi terkesan membabi buta ketika menuduh sana-sini dengan menyebutkan ancaman pidana terhadap penyebar Video pembicaraannya.

Bagaimanapun, Islam bukan hanya Muhammmadiyah dan NU. Sejarah indonesia tidak hanya berhenti di masa proklamasi kemerdekaan dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1945. Sejarah Indonesia memiliki perjalanan waktu dan episode sejarah serta macam peristiwa yang menyertainya. Mari kita teliti, siapa yang telah mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa? Islam mana yang telah mempertahankan kesatuan dan kesatuan bangsa Indonesia atau NKRI? Islam NU yang disebut Kapolri, Muhammadyah, NU yang dimarahi Ahok, atau Islam yang marah-marah?

Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia, merupakan satu kekuatan dalam kehidupan kebangsaan Indonesia. Kekuatan Islam bukan terlihat pada ajaran Islam saja, melainkan terletak pada pemikiran Islam dalam Pancasila dan UUD 1945 yang diresmikan pada 18 agustus 1945. Dalam pernyataan Kapolri tersebut, Islam yang mana yang telah mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia? Jangan sampai, NU yang dimaksud oleh Kapolri, malah mencerminkan semangat pemikiran politik Nasakom pada tahun 1965!

REFERENSI

1. Abdul Hamid Wilis, Aku Menjadi Komandan Banser, PT. Public Policy Institute, Trenggalek, 2011

2. Saifudin Zuhri, KH.Wahab Hasbullah, Ulama Pejuang, Falaalhiyah, Yogyakarta, 1985.

Lihat juga...