Ormas Perontok Negara dalam Kacamata Kapolri
OLEH EKO ISMADI
Sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, NU yang berdiri pada 31 Januari 1926 ini memang bergerak di bidang keagamaan, sosial, pendidikan, dan ekonomi. Sejak dulu, Politik NU adalah politik Islam. Ketika pemilu pertama pada 1955, setelah keluar dari Masyumi, Partai NU sempat meraih kursi cukup banyak. Pada masa demokrasi terpimpin, NU dikenal sebagai partai pendukung Bung Karno dan bergabung dalam Nasakom. Namun, ketika terjadi Gerakan Pengkhianatan G30S/PKI tahun 1965, NU-lah yang menjadi pelopor pemberantasan PKI dan anasirnya. Baru kemudian diikuti oleh Mahasiswa UI dan Perguruan tinggi lainnya.
Barangkali, dalam kacamata KAPOLRI, NU memang sudah terpercaya dalam Pancasila. Dalam catatan sejarah nasionalisme Indonesia, NU selalu menjadi perebutan kelompok atau komponen bangsa lain untuk membangun kerjasama. Pada tahun 1948, ada beberapa catatan yang menyebut, anggota dari NU menjadi korban pembantaian. Sedangkan pada tahun 1965, NU juga yang paling banyak menjadi korban keganasan PKI.
Memang, jika ditelisik, banyak sekali pengabdian santri NU untuk NKRI. Pertama, pada peristiwa Pertempuran 10 Nopember 1945 di Surabaya. Santri NU-lah yang paling banyak terlibat dalam pertempuran tersebut. Bahkan, hadir gema Allahu Akbar yang dikumandangkan oleh Bung Tomo, dengan membawa petunjuk dari para Kyai NU. Kedua, organisasi NU tidak pernah memiliki niat untuk memberontak kepada negara Kesatuan Republik Indonesia sejak tahun 1945 diproklamasikannya Republik Indonesia hingga sekarang ini. Ketiga, NU tidak pernah memproklamasikan NII. Keempat, NU tidak pernah menyuarakan tentang DI/TII. Kelima, NU tidak pernah punya niat untuk mengganti Pancasila dengan Syariat islam.