Manto Wiyono, 55 Tahun Geluti Pecut Tradisional

Di saat kondisi ekonomi yang kian sulit, Mbah Manto tetap mempertahankan profesinya sebagai perajin pecut tradisional. Hasil karyanya pun dijual dengan harga yang tak terlalu mahal. Satu pecut ukuran sedang dijual dengan harga Rp 15.000. Sementara itu pecut ukuran kecil maupun besar dijual dengan harga Rp10.000 dan Rp 20.000.

Menurut dia, pecut merupakan salah satu barang yang dicari warga, terutama mereka yang memiliki ternak lembu. Meski di rumah masih ada pecut, namun saat perayaan sekaten seperti saat ini, mereka tetap membeli pecut. “Sanjange tiyeng sepuh-sepuh riyen, tumbas pecut teng sekaten kangge ngumurke kewane, ternake langkung manak katah. Kalau orang dulu tidak punya ternak tetap beli pecut untuk dipajang,” tandasnya.

Ia berharap, ada sebagian kecil masyarakat Indonesia yang tetap dan terus melestarikan kerajinan pecut tradisional. Manto bercerita, jika saat mudanya dulu ia sering berjualan pecut sampai di daerah Slogohimo, Pracimantoro, Baturetno bahkan hingga sampai Pacitan. Kondisi kendaraan maupun transportasi masih sangat langka. Ia pun mengaku setiap berjualan hanya mengandalkan truk-truk pengangkut barang.

“Dulu itu ya nunut truk pengangkut gamping dari Wonogiri,” pungkasnya.

Mbah Manto tengah melayani calon pembeli pecut yang kian langka di Sekaten Keraton Kasunanan Surakarta. Foto: Harun Alrosid
Lihat juga...