Manto Wiyono, 55 Tahun Geluti Pecut Tradisional
SOLO – Pagelaran Sekaten yang diadakan Keraton Kasunanan Surakarta untuk memeriahkan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW selalu menjadi magnet bagi warga Solo dan sekitarnya. Tidak hanya menjadi hiburan murah meriah untuk kaum marginal, Pagelaran Sekaten juga menyimpan berbagai kenangan serta kejayaan.
Ada salah satu pedagang yang mencuri perhatian Cendana News, di tengah kerumunan warga dan pedagang yang kian sesak di halaman Masjid Agung Keraton Surakarta. Usianya memang sudah mulai senja, tapi semangat masih membara. Meskipun sesekali batuk dan keringat yang mengalir tipis di pipinya tak dapat menipu siapa saja.
Ya, Kakek dengan kaos berkerah dan berlengah biru ini adalah Manto Wiyono. Kakek 82 tahun dengan topi merah trendi bertulisan “Woles” ini masih terlihat cekatan saat calon pembeli ingin membeli barang dagangan miliknya.
“Mau beli pecut Mas,” katanya singkat kepada Cendana News, Selasa (5/12/2017).
Siang itu, langit memang baru cerah. Mendung yang biasa menggelayut bak payung, hampir tidak ada. Tapi bagi pria yang akrab disapa Mbah Manto, kondisi terik maupun hujan tak jadi soal. Kulitnya yang mulai kering dan wajahnya yang keriput menandakan ia memang tak muda lagi.
Satu hal yang masih sangat terlihat dari warga Tempel, Desa Keprabon, Kecamatan Polanharjo, Klaten itu, yakni semangatnya. “Ini semua saya yang buat,” sahut dia sembari menunjukkan pecut kecil dengan pangkal yang dibalut tali merah.
Kakek yang satu ini mengaku sudah menggeluti profesi sebagai pembuat pecut tradisional sejak 1962. Saat itu dirinya sudah memiliki satu putra mulai aktif merakit dan menjual di berbagai pasar tradisonal. Tak terkecuali di pagelaran Sekaten, Mbah Manto tak pernah absen dalam semarak setahun sekali pada bulan Maulid dalam kalender Islam tersebut.