Produksi Singkong Melimpah, Perlu Terobosan Aneka Olahan

BALIKPAPAN – Produksi ubi kayu atau singkong di Kota Balikpapan setiap tahun melimpah. Berlimpahnya produksi ubi kayu itu tak sebanding dengan harga jual yang diperoleh bagi petani.

Hasil pertanian yang dikenal dengan singkong ini setiap tahun panen harga jualnya sangat rendah. Harga jual dari petani hanya diberi sekitar Rp500-600 per kg. Sedangkan harga jual di pasar Rp2000-3000 per kilogram.

“Produksi berlebih kita singkong ini, tapi harganya tak sebanding karena jatuh hanya Rp500-600 per kg. Padahal ya singkong dibuat tepung sangat banyak gizinya,” jelas Kepala Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan Balikpapan, Yosmianto, saat ditemui Senin (27/11/2017).

Ia mengaku petani singkong di Balikpapan cukup banyak dan tanah di Balikpapan sangat bagus untuk ditanami singkong. Namun, saat panen atau cabut singkong, hasilnya dijual dengan harga yang sangat murah.

Produktivitas pohon singkong di Balikpapan cukup melimpah. Foto: Ferry Cahyanti

“Kadang ada petani habis dicabut dibiarkan untuk pakan ternak atau lainnya. Kalau di pasar harga jual naik tapi harus ditunggu oleh pedagang, perlu waktu lama,” ucap pria kelahiran 1967 itu.

Luas panen ubi kayu tahun 2017 hingga bulan Oktober mencapai 188 hektare dengan produksi 6.920 ton. Sedangkan tanaman yang belum dipanen sekitar 231 hektare.

Dengan berlimpahnya produksi singkong, lanjut Yosmianto, tahun depan akan melombakan makanan hasil olahan singkong. Hal itu bertujuan untuk diversifikasi olahan singkong menjadi lebih banyak jenis olahan.

“Jadi kita buat olahan makanan yang berbahan singkong. Kita juga sudah buat tapi masih belum maksimal. Jadi kita cari UKM yang bisa buat olahan berbahan singkong. Tahun depan kita lombakan untuk memancing masyarakat membuat produk olahan pertanian,” sebutnya.

Lihat juga...