Warga Lamtim Jaga Kemandirian Pangan Lewat Kearifan Lokal
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
LAMPUNG — Memasuki musim kemarau potensi ketersediaan bahan pangan berbasis padi, beras menipis. Menyikapi hal ini, warga yang juga petani di Lampung Timur memiliki kearifan lokal dalam menyikapinya, yakni pangan berbasis singkong, umbi.
Ngadiyem, salah satu petani di Desa Brajayekti, Kecamatan Braja Selebah, Lampung Timur menyebutkan singkong jadi salah satu alternatif bahan pangan. Potensi hasil panen yang melimpah dapat digunakan sebagai sumber pangan keluarga, sebagian dijual.
Satu hektare lahan sawah bisa ditanami jenis singkong thailand bahan tepung tapioka, singkong roti bahan kue, makanan ringan secara bersamaan dan bisa dipanen usia delapan bulan hingga satu tahun.
“Singkong roti yang dijual dengan harga Rp1.000 perkilogram menjadi sumber penghasilan petani, sebagian bisa dijual dalam bentuk produk turunan berupa beras tiwul, kerupuk manggleng dan keripik singkong sesuai kreativitas. Hasil olahan yang diawetkan bisa menjadi alternatif bahan pangan non beras,” terang Ngadiyem saat ditemui Cendana News, Senin (16/8/2021).
Proses pengolahan singkong paling dominan dibuat berupa beras tiwul, manggleng. Kearifan lokal petani dalam proses fermentasi, pengeringan menghasilkan produk berdaya simpan tinggi.
Gagal panen pada tanaman jagung, padi kala kemarau dan hama tikus sebut Ngadiyem telah diantisipasi petani dengan menanam singkong, ubi uwi dan ketela rambat. Penanaman palawija yang telah dilakukan enam bulan sebelumnya mendapatkan hasil panen yang bisa disimpan.
“Hasil panen singkong memiliki daya simpan yang lebih pendek, petani melakukan pengawetan dengan cara pengeringan sinar matahari, menjadi gaplek dan beras tiwul” ujarnya.