Hujan Akibatkan Harga Jagung di Lamsel Turun

LAMPUNG – Musim hujan yang mulai melanda wilayah Lampung Selatan (Lamsel) bertepatan dengan musim panen komoditas tanaman jagung ikut mempengaruhi produktivitas hasil tanaman jagung yang akan dijual ke pabrik pengolahan jagung.

Usman, salah satu anggota kelompok tani Manggar Wangi di Desa Sukaraja Kecamatan Palas mengaku, masa panen jagung di wilayah tersebut sudah dilakukan sejak bulan Oktober hingga bulan November.

Musim panen jagung yang dilakukan oleh petani di desa Sukaraja, Tanjungsari, Sukabakti dan beberapa desa di kecamatan Palas diakui Usman, sebagian besar merupakan penanam jagung jenis pasific 105 yang menghasilkan sekitar 6 ton untuk bibit jagung sebanyak 15 kilogram atau tiga kampil (per kampil berisi bibit lima kilogram). Meski hasil cukup bagus dari segi tonase namun bertepatan dengan musim hujan, memiliki dampak negatif bagi petani penanam jagung.

Jagung yang belum digiling sebagian basah akibat hujan yang sudah berlangsung selama beberapa pekan terakhir. [Foto: Henk Widi]
“Proses pengeringan jagung untuk dijual kerap dilakukan pada tongkol jagung. Selanjutnya dipipil menggunakan mesin dan setelah itu dilakukan penjemuran ulang agar bisa menurunkan kadar air jagung yang akan dijual,” terang Usman, salah satu petani penanam jagung yang tengah melakukan proses pemipilan jagung menggunakan mesin khusus di gudang Kelompok Tani Manggar Wangi Desa Sukaraja, Kamis (16/11/2017).

Saat ini, ia menyebut, harga jagung pada masa panen sebelumnya berkisar Rp3.800 per kilogram untuk jagung dengan kadar air di atas 20 persen. Sementara harga jagung dengan kadar air 15 persen bisa mencapai Rp3.300 per kilogram. Namun dengan kadar air yang sedikit mencapai 12 persen hingga 20 persen, harga jagung lebih tinggi per kilogram, bisa mencapai Rp4.200. Meski petani kesulitan mencapai kadar air rendah dengan mengandalkan sinar matahari.

Lihat juga...