Larangan Mudik Pukulan Telak Bagi Jasa Transportasi, Sopir Banting Stir

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

LAMPUNG — Larangan mudik saat lebaran Idul Fitri memasuki tahun kedua dirasakan dampaknya oleh pelaku usaha transportasi. Hamidi, salah satu pengemudi travel trayek pelabuhan Bakauheni-Lampung Timur merasa putus asa. Selama pandemi Covid-19 dua kali arus mudik lebaran penumpang tidak diperoleh. Normalnya arus lebaran jadi masa panen berkah angkutan pemudik.

Setoran dan kebutuhan keluarga membuat Hamidi harus memutar otak. Andalkan jadi pengemudi travel berimbas dapur tidak mengepul, demikian ungkapnya. Sempat bertahan hingga pekan kedua Ramadan sebelum larangan mudik, ia putus harapan. Penumpang pejalan kaki yang biasanya turun dari pelabuhan Merak ke Bakauheni nihil. Penguncian aplikasi Ferizy tiket pejalan kaki berimbas tidak ada penumpang.

“Selama belasan tahun jadi pelaku usaha jasa transportasi setiap lebaran hasil jasa antar penumpang bisa mencapai lebih dari lima juta selama sepekan, saat ini untuk mencari ratusan ribu sepekan saja sulit,” keluh Hamidi saat ditemui Cendana News, Rabu (12/5/2021).

Hamidi tidak kehilangan akal berkat dukungan istri. Kreativitas istri membuat kue setidaknya bisa menjadi penopang. Setiap sore selama ramadan sang istri masih bisa menjual kue hidangan berbuka puasa atau takjil. Sepekan jelang lebaran pesanan kue kering juga mengalir sumber omzet.

Ia pilih kembalikan mobil travel sementara ke pool. Membantu menjual daging sapi jadi alternatif baginya banting stir mendapat penghasilan. Harga daging sapi dibanderol Rp120.000 hingga Rp140.000 perkilogram. Setiap kilogram ia bisa mendapat fee sekitar Rp10.000 belum termasuk bonus tambahan.

Hamidi menyebut ia mengisahkan kawan pemilik usaha travel lain. Imbas pembatasan mudik 2020 dan 2021 setoran kredit mobil terhambat. Harapan akan panen penumpang berimbas pada kenaikan omzet tak sesuai ekspektasi. Meski percaya keberadaan Covid-19 ia mengaku fakta akan kebutuhan ekonomi lebih tinggi.

Lihat juga...