Reformasi Hanyalah Segumpal Sampah

“Terima kasih, Pak.”

***

BEBERAPA hari setelah diterbitkannya berita Andi, ada polemik tajam yang berkembang di masyarakat. Masyarakat terpecah menjadi dua kubu. Kubu yang pro dan kubu yang kontra. Kubu yang pro orang-orang di Yayasan Pak Harto yang bertempat di gedung Granadi, para purnawirawan jenderal, serta banyak mantan menteri yang setia kepada Presiden Soeharto. Bahkan, rakyat kecil yang mengidolakan Pak Harto, sampai menganggap Andi sebagai Pak Harto yaitu sebagai presiden.

Di sisi lain, teman-teman Andi kelompok demonstran tahun 1998, menganggap Andi sebagai pengkhianat. Bahkan, kawan-kawannya menyamakan Andi seperti Cosmas Batubara yang kemudian bekerja kepada Pak Harto.

Tak bisa dielak, berbagai pihak yang merasa terganggu dengan tulisan Andi, beramai-ramai bergerak melakukan demonstrasi ke Gedung kantor berita Garansindo.

Mengetahui adanya demonstrasi ke kantornya, Pak Irwan menelepon polisi agar melakukan pengamanan terhadap pendemo. Beberapa menit kemudian, truk-truk yang membawa water gun dan sabhara, dengan segala perlengkapannya, tiba di tempat. Massa telah memasuki jalan depan gedung Garansindo dan berhadapan dengan polisi.

Terjadilah perkelahian yang dahsyat antara massa dengan polisi. Sampai-sampai, kejadian ini marak menjadi bahan berita di semua televisi dan menjadi perbincangan di media sosial. Sekejap, semua mata dunia internasional tertuju pada peristiwa ini. Ada seorang jurnalis kantor berita NNC menulis judul berita, “Robocop Indonesia” dengan menampilkan foto Polri beratribut lengkap seperti Robocop sedang berkelahi melawan massa.

Akhirnya, demonstrasi bisa diredam. Ada provokator bernama Soni yang dimasukkan ke dalam mobil polisi. Soni adalah buronan yang selama ini dicari Polisi. Bahkan, ternyata, Soni pernah terlibat dengan sindikat narkoba internasional yang bertujuan merusak negara. Padahal, nama asli Soni adalah Bejo.