Reformasi Hanyalah Segumpal Sampah

Pak Bagyo adalah mantan Menteri Perindustrian di era orde baru. Setelah orde baru jatuh, ia bolak-balik keluar masuk penjara, karena dituduh melakukan tindak korupsi dana APBN. Padahal, dulu, di zaman orde baru berkuasa, ia sangat dekat dengan Pak Harto. Sampai-sampai, tiap akhir pekan, Pak Bagyo selalu bermain ke Cendana sambil bermain golf.

”Maksud Bapak, kita harus bersekolah dulu sampai tahap akhir? Dengan kata lain, kita mendapat nama dulu, baru bisa berkarier politik. Tetapi, menurut saya, jika berpolitik, tidak cukup hanya sendiri. Kita butuh banyak orang, terutama generasi muda yang berpikiran cemerlang, agar bisa menyesuaikan situasi dan kondisi. Bukankah demikian?” tanya Andi.

”Betul, kata-katamu itu. Kamu boleh melakukan survei ke Sekolah Dasar Negeri Empat yang letaknya dekat dengan rumah Bapak. Hanya keluar gang, tinggal belok kanan.”

“Oke, Bapak. Kalau begitu, terima kasih telah menemani saya mengobrol,” pamit Andi kepada Pak Bagyo.

Baru beberapa langkah Andi hendak melangkah keluar rumah Pak Bagyo, ternyata Andi dipanggil kembali oleh Pak Bagyo.

”Eeh, Andi, nanti sampai sana, cari orang yang namanya Bu Hajjah Khofifah, kamu bilang saja bahwa kamu temannya Pak Bagyo.”

”Iya, Bapak. Terima kasih sekali”.

***

PERJALANAN Andi ke Sekolah Dasar Negeri Empat, bisa dibilang singkat, karena hanya keluar gang belok kanan. Atau, bahasa lucunya, hanya tutup mata saja bisa langsung sampai. Sesampainya di sana, Andi bertanya kepada Pak Satpam untuk bertemu Bu Khofifah.

Lalu, Pak satpam mengantarkannya ke ruang yayasan. Perjalanan ke ruang yayasan, bisa dibilang berkelok-kelok karena melewati jalan yang berliku. Sesampainya di ruang yayasan, Andi membuka pintu. Di ruang itu, Andi melihat ibu-ibu, sudah berusia sekitar 60-an tahun, dengan menggunakan kerudung dan kacamata.