Petani Olah Singkong Sebagai Cadangan Bahan Makanan
LAMPUNG — Masyarakat Desa Gandri Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan menyiasati harga singkong yang fluktuatif dengan melakukan pengawetan. Harga singkong di daerah tersebut dalam beberapa waktu terakhir selalu turun naik dari sebelumnya Rp900 menjadi Rp500 dan kembali naik Rp800 per kilogram.
Salah seorang petani, Heri menyebutkan, selain dijual ke perusahaan pembuat tepung, ia juga membuat makanan tradisional sebagai cadangan bahan makananan. Salah satunya menjadi gaplek yang memiliki nilai jual lebih tinggi setelah diolah menjadi nasi tiwul serta gathot.
“Awalnya memang hanya dikonsumsi sendiri namun tiwul bisa disimpan dalam waktu lama hingga enam bulan dalam wadah kedap udara bisa dipergunakan saat kekurangan bahan makanan,” terang Heri saat ditemui Cendana News tengah memanen sebagian singkong yang dimilikinya, Senin (23/10/2017).
Heri menyebutkan, singkong yang sudah diolah lebih awet dibandingkan menyimpan di kebun yang berpotensi dirusak oleh tikus dan membusuk. Bahkan harga gaplek dapat dijual dengan harga Rp5.000 perkilogram serta harga Rp8.000 perkilogram setelah diolah menjadi beras tiwul.
“Tiwul dapat menjadi makanan pengganti saat masih musim kekeringan dan sebagian petani tidak menanam padi,” jelasnya.