JAKARTA – Kerak Telor merupakan salah satu makanan ciri khas masyarakat Betawi yang keberadaannya sudah mulai sulit ditemukan. Untuk dapat menikmati atau mencicipi makanan yang terbuat dari kelapa gongseng (sangrai) ini hanya dapat ditemukan di pasar-pasar malam ataupun event-event tertentu seperti pada Pekan Raya Jakarta (PRJ) dan festival-festival yang berhubungan dengan kebudayaan Betawi.
Bang Ade, penjual kerak telor, menceritakan bahwa sudah 3 tahun lebih dirinya berjualan makanan kerak telor yang merupakan ciri khas makanan orang Betawi ini. Dirinya mengatakan terbilang baru dalam berjualan kerak telor dikarenakan kalau dibilang lama justru orang-orang tua yang berjualan kerak telor itulah yang benar-benar pedagang kerak telor (sudah berkerak atau berumur – red).
Setiap harinya, Bang Ade yang tinggal di daerah Pulo Gebang, Jakarta Timur ini menjajakan kerak telor dengan mengikuti pasar malam yang ada dan selalu berpindah pindah tempat.
“Alhamdulillah dari berjualan seperti ini, untuk kebutuhan sehari-hari rumah tangga dapat terpenuhi, yang penting kita tetap selalu bersyukur dengan rezeki yang kita dapat,” katanya, Sabtu (5/8/2017).
Menurut sejarah dan banyak cerita orang, dirinya menuturkan bahwa disebut kerak telor berawal dari zaman dahulu Jakarta yang disebutnya Batavia terdapat banyak pohon kelapa. Pada waktu itu musim kelapa, banyak panen kelapa tetapi masyarakat hanya punya beras segenggam dan cuma punya satu butir telor di rumah.
Akibat melimpahnya kelapa, orang dulu pada akhirnya membuat serundeng (kelapa yang disangrai) dicampur dengan beras segenggam, diaduk juga dengan telor untuk disantap bersama dengan keluarga. Awalnya mereka membuat kerak telor untuk mereka santap sendiri, lalu mereka membuat lagi untuk dibagikan ke tetangga-tetangga, ketika tetangga menyukai barulah mereka mencoba berjualan.