MARAWI – Lima warga sipil ditemukan dalam keadaan kepala terpancung kepalanya, di Kota Marawi, yang dikuasai kelompok pemberontak berkedok agama.
Militer memperingatkan, jumlah warga yang tewas karena “kekejaman” pemberontak bisa meningkat tajam saat pasukan pemerintah mengambil alih kendali lebih banyak titik di lapangan.
Penemuan lima korban di antara 17 jenazah yang diamankan akan menjadi bukti pertama, bahwa warga-warga sipil yang terjebak di Kota Marawi yang terkepung, telah dipenggal kepalanya saat kota diduduki selama lima pekan oleh para pegaris keras yang setia kepada kelompok IS. Keterangan itu diungkapkan oleh sejumlah warga yang kabur dari kota tersebut.
Sudah sekitar 71 personel pasukan keamanan dan 299 milisi tewas, sementara 246.000 orang terpaksa mengungsi karena konflik.
Konflik itu muncul setelah upaya untuk menangkap seorang komandan militan Filipina yang didukung kepemimpinan IS mengalami kegagalan pada 23 Mei.
Presiden Rodrigo Duterte, telah menyatakan janji akan menumpas para milisi di Marawi dan mengatakan Filipina saat ini menghadapi “situasi yang sangat berbahaya” karena para warga muda muslim terinspirasi dengan “kegilaan massal” kelompok IS.
“Yang mereka lakukan adalah membunuh dan menghancurkan, dan membunuh dengan cara brutal,” katanya, dalam suatu acara.
Saat acara tersebut, Duterte menerima ratusan penembak jitu serta senapan penyerang, yang merupakan sumbangan dari China untuk membantu operasi militer di Marawi. “Mereka senang memenggal kepala orang di depan kamera. Mereka harus ditangani, dengan kegalakan yang sama, tapi tidak dengan kebrutalan,” katanya.