Refleksi Sikka 2016: Pembangunan Masih Berjalan Lambat

SELASA, 3 JANUARI 2017

MAUMERE —  Anggota DPRD Sikka Fraksi PDIP, Stef Sumandi menyebutkan, Di 2016, pembangunan di kabupaten Sikka masih berjalan lambat. Untuk memperbaikinya, Pemda harus mempercepat proses penyerapan anggaran.
Pantai Koka yang merupakan salah satu destinasi wisata dikabupaten Sikka
“Memang durasi waktunya dipastikan dinas teknis mencukupi namun kondisi akhir tahun di daerah kita terkendala degan iklim. Musim hujan di akhir tahun sangat berpengaruh terhadap pengerjaan proyek fisik yang ada,” ujarnya saat dihubungi Cendana News, Senin (2/1/2017) siang.

Baca juga:

  1. Refleksi Sikka 2016: Fokus Pembangunan pada Tiga Program Unggulan (1)
  2. Refleksi Sikka 2016: Tingkatkan Ketahanan Pangan, Pemda Sikka Bangun 10 Lumbung Beras (2)
  3. Refleksi Sikka 2016: Peningkatan Peran Perempuan dalam Pembangunan (3)
Dikatakan,  di 2016 banyak proyek fisik dikerjakan pada akhir tahun dan banyak yang gagal. Gagalnya pembangunan proyek fisik berdampak pada penyerapan anggaran. Selain cuaca, prediksi lain dikarena kurangnya SDM, pemerintah harus realistis untuk penambahan agar bisa mengurus proses pembangunan dengan baik.
“Saat DPRD ingin membahas APBD Perubahan, banyak program proyek dari APBD induk yang belum dikerjakan sama sekal,” tuturnya.
Stef mengharapkan, seluruh regulasi yang sudah ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda) harus diikuti dengan mengeluarkan Peraturan Bupati. Banyak Perda yang sudah ditetapkan namun belum ada tindak lanjut  dengan Perbup sehingga pelaksanaan di lapangan tidak berjalan dengan baik.
Tiga program unggulan seperti parwisata  dimana dengan belanja yang begitu besar semestinya membawa dampak bagi pertumbuhan ekonomi di sektor ini.
“Pertumbuhan bisa terjadi kalau lama tinggal wisatawan di kabupaten Sikka meningkat. Selama ini tidak mengalami perubahan,” terangnya.
Kerja sama antara pemerintah dan pihak ketiga atau swasta beber mantan wartawan ini, hampir tidak pernah terjadi. Pemerintah hanya bekerja sendirian saja dan pihak swasta tidak dilibatkan dalam urusan pariwisata secara maksimal, hanya sekedar kordinasi.
Stef Sumandi, anggota DPRD Sikka fraksi PDIP
Investasi di bidang pariwisata sebut Stef, membutuhkan anggaran yang besar dan tidak mungkin dengan APBD Sikka yang kecil ini pemerintah bisa investasi sendiri, untuk itu pemerintah perlu bekerja sama dengan pihak lain.
Di sektor perikanan, bebernya, banyak bantuan kapal dan alat tangkap diberikan kepada para nelayan dan dewan mengapresiasi hal ini. Namun bantuan yang duberikan harusnya dilakukan dengan pendampingan,
“Manajemen kelompok nelayan harus didampingi hingga berkembang menjadi koperasi nelayan,” pintanya.
Kenapa koperasi, strukrur kelembagaannya jelas, ada badan hukum dan pengelolaan keuangan dengan manajemen koperasi bisa lebih  baik.
Dengan demikian kata Stef, perkembangan di sektor perikanan bisa dievaluasi dan kalau ada wadah koperasi bila setiap tahun melakukan rapat anggota tahunan pemerintah dan DPRD bisa mengawasi.
Sementara itu, Farouk Abdu, ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang Sikka menyebutkan hal yang hampir senada. Pemerintah perlu memperhatikan nasib guru-guru honor yang selama ini belum mendapatkan upah yang layak. Selain itu perlu segera ditindaklanjuti permohonan dari guru honor untuk diangkat menjadi guru kontrak.
“Mutu pendidikan di kabupaten Sikka juga perlu diperbaiki selain meningkatakan kualitas tenaga pengajar, juga penyediaan sarana dan pra sarana pendidikan yang memadai,” ujarnya.
Untuk sektor pariwisata yang merupakan salah satu sektor unggulan Pemda Sikka, Farouk meminta agar pemerintah perlu menyiapkan regulasi terkait retribusi di obyek-obyek wisata.
Beberapa obyek wisata seperti pantai Koka, sebutnya, perlu dibenahi agar masyarakat sekitar tidak menetapkan retribusi sendiri yang harganya selangit dan membebani wisatawan.
Obyek wisata kampung Wuring pun perlu diperbaiki dengan melakukan penataan pembangunan rumah-rumah panggung, pengaspalan jalan masuk ke lokasi perkampungan serta memperbaiki jembatan kayu yang menghubungkan setiap rumah dan ke lokasi masjid terapung. Perlu juga disiapkan tenaga atau petugas kebersihan untuk mengangkut sampah di lokasi perkampungan ini.
“Kita tahu sampah di Wuring merupakan persoalan akut dan sampah selalu menumpuk.Untuk itu pemerintah harus segera mencari solusi untuk mengatasinya,” pungkasnya.

Jurnalis : Ebed de Rosary / Editor : ME. Bijo Dirajo / Foto : Ebed de Rosary

Lihat juga...