
CENDANANEWS (Denpasar) – Masjid Baitul Makmur merupakan salah satu hasil nyata sejarah perjuangan YAMP dalam merealisasikan pembangunan tempat ibadah sekitar 644 Kepala Keluarga muslim di wilayah Perumnas Pemecutan, Monang-maning Denpasar Barat. Masjid yang bertempat diatas tanah seluas 12-are ini berada di Jalan Gunung Merbuk No.4, Monang-maning, Denpasar.
Suasana nyaman dan sejuk menyelimuti semua areal Masjid dari luar sampai bagian dalamnya. Berawal dari rapat antara Dewan Masjid Indonesia (DMI) bersama Majelis Dakwah Golkar tahun 1982 di Masjid Al-Ikhlas Monang-maning Denpasar, maka disepakati akan dibangun sebuah Masjid untuk memenuhi kebutuhan beribadah umat muslim di wilayah Perumnas Monang-maning Denpasar.
Suharto HP. Dewan Pembina Yayasan Baitul Makmur saat ini yang merupakan pelaku sekaligus saksi sejarah pembangunan Masjid Baitul Makmur menceritakan bahwa dengan hanya mengandalkan dana swadaya masyarakat akan terasa sulit dan berat untuk dapat segera membangun sebuah Masjid. Maka melalui Pengurus Majelis Dakwah Indonesia pada saat itu dipertemukanlah panitia pembangunan Masjid Perumnas Denpasar dengan Pengurus YAMP yang diwakili oleh Muhammad Hatta kala itu.
Akhirnya turunlah Surat Keputusan Presiden Suharto mengenai Pembangunan Masjid dengan dana sebesar 70 juta rupiah yang pengerjaannya dilakukan oleh PT.Hutama Karya mulai April sampai Agustus 1987.
Dalam perjalanannya sebagai wadah pemersatu umat muslim wilayah Perumnas Denpasar Barat, maka Masjid Baitul Makmur yang sudah dua kali mengalami renovasi dan pembangunan berkeinginan memiliki sebuah Yayasan sebagai wadah yang melindungi semua kegiatan yang dilakukan Masjid Baitul Makmur. Berakar dari hal tersebut maka pada tahun 1992 terbentuklah Yayasan Masjid Baitul Makmur.
Lewat yayasan inilah Masjid Baitul Makmur terus berkarya di tengah masyarakat dengan motto menjaga Persatuan dengan Netralitas. Maksudnya adalah, bagaimana menjaga ukhuwah antara sesama jamaah Masjid dengan warga sekitar yang beragama lain demi terjaganya Persatuan dan kesatuan antar sesama warga. Hal ini mengambil contoh dari bagaimana cara Presiden Suharto menjaga keutuhan bangsa ditengah kemajemukan.
” Presiden Suharto sangat mengerti kemajemukan Bangsa Indonesia, dan menurut kami, jika pemerintah sekarang bisa melakukan apa yang dilakukan oleh Presiden Suharto kala itu maka kita tidak akan selalu terbentur dengan bahaya disintegrasi bangsa yang sering dipicu dari masalah sensitif seperti perbedaan agama,” Jelas Suharto HP kepada CND di kediamannya.
Masjid Baitul Makmur selalu berusaha berdiri ditengah-tengah perbedaan antara masyarakat Bali dengan masyarakat muslim pendatang di wilayah Perumnas Monang-maning. Dengan menjaga Netralitas seperti inilah kunci Masjid Baitul Makmur tetap kokoh berdiri sampai saat ini.
“Walau sudah mengalami dua kali proses renovasi dan pembangunan kembali, namun satu yang tidak berubah dari Masjid ini, yaitu kubahnya berbentuk kerucut. Itulah ciri khas semua Masjid yang didirikan atas sumbangsih YAMP,” sambung Suharto.
Majelis Taklim Silaturahmi Masjid Baitul Makmur

Majelis Taklim Silaturahmi Yayasan Masjid Baitul Makmur sudah berdiri sejak tahun 1981 sebelum Masjid Baitul Makmur berdiri. Mempersatukan Ibu-Ibu anggota Rukun Warga Muslim (RWM) di wilayah Perumnas Denpasar merupakan tujuan awal berdirinya Majelis Taklim Silaturahmi.
Dengan beranggotakan total 125 orang maka Majelis Taklim yang di bina oleh Hajjah Misnakun ini sering melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka mendukung perjalanan serta visi dan misi dari Yayasan Baitul Makmur.
Selama Bulan Ramadhan ini Para Ibu Majelis Taklim Silaturahmi mempersiapkan takjil serta makanan berbuka puasa gratis bagi semua jamaah Masjid Baitul Makmur. Dana yang didapat untuk melakukan kegiatan ini didapat dari usaha para ibu-ibu anggota majelis taklim lewat Bazaar murah dari jauh sebelum bulan Ramadhan tiba.
“Kita jualan makanan bersama-sama hingga mendapatkan keuntungan yang memungkinkan kami untuk melakukan kegiatan buka puasa gratis selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan ini,” urai Hajjah Misnakun kepada CND saat kami temui di Masjid YAMP Baitul Makmur.
Hajjah Misnakun dan rekan-rekannya sangat menyayangkan banyaknya kegiatan ibu-ibu yang aktif di era pemerintahan Presiden Suharto namun seolah mati sekarang ini. Contohnya kegiatan PKK , Dharma Wanita, dan beberapa kegiatan lainnya. Menurut mereka, semua kegiatan itu sangat mendukung bagi para ibu untuk berperan aktif dalam kegiatan sehari-hari dengan positif.
“Kami merasa lebih nyaman dan diperhatikan di era pemerintahan Presiden Suharto, karena bisa aktif mengekspresikan diri kami sesuai dengan apa yang bisa kami lakukan. Dulu kami dari Majelis Taklim bisa ikut kegiatan PKK di kelurahan, tapi sejak tahun 1998 kegiatan seperti itu berangsur hilang,” ungkap Hajjah Misnakun yang diamini oleh rekan-rekannya sesama ibu-ibu Majelis Taklim Silaturahmi Masjid Baitul Makmur.
Selain kegiatan bazaar murah dan menyediakan buka puasa gratis, Majelis Taklim Yayasan Masjid Baitul Makmur sebelumnya sudah pernah mengadakan sunatan massal, dan berbagai kegiatan penggalangan dana lainnya untuk pembangunan Masjid Baitul Makmur atau membantu anak Yatim.




——————————————————-
SENIN, 06 Juli 2015
Jurnalis : Miechell Koagouw
Fotografer : Miechell Koagouw
Editor : ME. Bijo Dirajo
——————————————————-