Inilah Buku Kartu Pos Bergambar Samarangh, Memori Visual Sejarah Kota Semarang
“Buku ini tentu belum sempurna, tetapi kami ingin kartu pos ini berbicara dan bercerita. Di balik setiap gambar, ada kisah tentang bangunan yang mungkin sudah tidak ada, tokoh-tokoh sejarah, hingga dinamika global pada masanya,” ujar Menbud Fadli.
Penggunaan ejaan lama “Samarangh” dalam buku tersebut dijelaskan sebagai upaya menghadirkan ingatan historis.
“Penggunaan ejaan “Samarangh” bukan untuk mengubah nama, tetapi sebagai pengingat sejarah dan agar lebih melekat dalam ingatan. Ke depan, akan ada buku-buku lain tentang Yogyakarta, Bandung, Batavia, dan kota-kota lainnya, dengan target sekitar sepuluh buku”, jelasnya.
Turut menghadiri Peluncuran Buku Kartu Pos Bergambar Samarangh antara lain Wali Kota Semarang, Gustina Wilujeng Pramestuti; Forkopimda Provinsi Jawa Tengah, Forkopimda Kota Semarang, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah X, Manggar Sari
Ayuati; Ketua Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI) Jawa Tengah, Budi Prayitno; para akademisi, komunitas filatelis, komunitas sejarah, budayawan, dan seniman.
Pada akhir sambutannya, Menbud Fadli Zon menyampaikan harapannya bahwa Buku Kartu Pos Bergambar Samarangh dapat memperkaya khazanah kota Semarang.
“Saya berharap buku ini dapat memperkaya khazanah pengetahuan tentang kota Semarang. Ke depan, gambar-gambar kartu pos ini juga dapat dikembangkan, diperbesar, dan didistribusikan sebagai bagian dari narasi visual sejarah, menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan,” tutupnya. ***