Festival Keistimewaan Yogyakarta 2025, Kuatkan Jati Diri Generasi Muda DIY
Ia menegaskan bahwa hilangnya aksara lokal berpotensi memperlemah identitas budaya, sementara pihak yang paling diuntungkan dalam arus globalisasi linguistik adalah korporasi transnasional, bukan produk-produk lokal.
Di sisi lain, Drs. Bambang Wisnu Handoyo, M.M menguraikan tentang keistimewaan Yogyakarta dalam konteks pengelolaan Dana Keistimewaan (Danais).
Berdasarkan pengalamannya pada 2014, ia mengungkap tantangan penyerapan Danais yang hanya mencapai 50–60% akibat keterlambatan pencairan.
Hal tersebut menggambarkan bahwa keistimewaan tidak hanya berbicara budaya, namun juga menyangkut tata kelola keuangan yang efektif, tepat waktu, dan akuntabel.
Ia menekankan bahwa keberhasilan keistimewaan DIY bergantung pada kolaborasi dan profesionalisme dalam menjalankan program yang sesuai amanat UU Keistimewaan.
Dalam acara ini pula telah diumumkan para pemenang lomba. Misalnya hasil Lomba Macapat dan Geguritan Tingkat SMA/SMK DIY. Para juara adalah:
Macapat
- Juara 1: Naufal Ahmad (SMK 2 Wonosari)
- Juara 2: Giska Bunga Arumdaning (SMAN 1 Rongkop)
- Juara 3: Haura Aulia Shabira (SMA 2 Yogyakarta)
Geguritan
- Juara 1: Lucia Rahajeng Anastiti (SMA 1 Seyegan)
- Juara 2: Hatifal Latifah (SMAN 1 Wates)
- Juara 3: Gea Gardena Al-Jazera (SMAN 1 Wonosari)
Hadiah diberikan langsung oleh Kepala Disdikpora DIY, Drs. Suhirman, M.Pd., sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi generasi muda dalam merawat sastra dan seni tradisional.
