Efek nonverbal & isyarat sosial. Komunikasi tatap muka memungkinkan pengirim dan penerima menggunakan dan merespon isyarat nonverbal (bahasa tubuh, kontak mata, ekspresi wajah, nada suara). Memperkuat pemahaman pesan, kepercayaan, kredibilitas pembicara, dan memungkinkan adaptasi langsung kalau ada respons negatif atau kebingungan.
Efisiensi umpan balik dan klarifikasi langsung. Melalui komunikasi tatap muka, ketidakjelasan bisa diklarifikasi langsung. Jika pendengar tidak jelas memahami pesan, bisa langsung bertanya atau si penyampai bisa segera menjelaskan ulang. Ini memperkecil kesalahan interpretasi dan miskomunikasi. Metode tidak langsung tidak bisa secepat itu dalam memberikan umpan balik langsung.
Kepercayaan & Kredibilitas. Tatap muka sering kali meningkatkan rasa kepercayaan dan kredibilitas. Karena melihat langsung, bagaimana seseorang menyampaikan pesan: bahasa tubuh, integritas, reaksi spontan. Ketulusan dan ketidaktulusannya terekam dengan mudah.
Presiden Prabowo barangkali perlu mengadosi tatap muka secara langsung ini. Model-model temu wicara, ngobrol langsung degan elemen-elemen masyaraat. Agar perasaan diabaikan (jika ada) yang dirasakan oleh sebagian masyarakat, terjembatani. Dikombinasi dengan pola komunikasi modern melalui media sosial dan media konvensional.
Temu wicara ini tidak harus intensif layaknya Presiden Soeharto. Mungkin 2-3 bulan sekali dialog dengan elemen-elemen masyarakat. Itu sudah cukup untuk membangun kebersamaan dengan berbagai lapisan masyarakat. Termasuk menyelami freekuensi atau gejolak bathin masyarakat.
Bukan berarti adanya tatap muka langsung itu mengurangi respon keresahan publik melalui beragam saluran cepat. Seperti media sosial, maupun holtline pengaduan khusus. Keduanya tetap diperlukan: saluran pengaduan cepat maupun komunikasi tatap muka. Keduanya perlu dikelola secara seimbang.