Menteri Kebudayaan Buka Pameran Nasional Kain Tradisional Nusantara
Ia menegaskan pentingnya museum sebagai sarana edukasi dan promosi budaya bagi generasi muda, serta menyoroti kekayaan kain tradisional Indonesia yang sangat beragam, baik dari segi motif, warna, maupun filosofi yang terkandung di dalamnya.
“Tidak hanya untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa melalui kolaborasi antar museum, pameran ini juga sebagai sarana mengenalkan sekaligus mempublikasikan
keanekaragaman kekayaan wastra Nusantara kepada masyarakat,” ujarnya.
Lebih lanjut, Menbud Fadli Zon memaparkan bahwa Indonesia memiliki lebih dari 1.800 motif kain tradisional yang tersebar di berbagai daerah di seluruh Nusantara.
“Beragam wastra tersebut meliputi batik tulis, tenun tangan, hingga kain dengan teknik pewarnaan alami yang diwariskan secara turun-temurun. Beberapa di antaranya telah diakui dunia internasional, seperti batik yang masuk dalam daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO sejak 2009, serta tenun ikat Sumba, ulos Batak, dan songket Palembang yang semakin dikenal secara global, “ucapnya.
Menurut Menteri Fadli Zon, hal tersebut merupakan satu aset budaya yang penting khususnya di masa mendatang.
“Modal budaya merupakan capital yang sangat penting, dan ke depan semakin berkembang menjadi apa yang disebut sebagai sustainable fashion atau fesyen berkelanjutan, serta responsible fashion.
Bahkan, kini mulai banyak yang mengolah kembali (recycle) kain serta menggunakan bahan-bahan pewarna alami, sebagai bagian dari respons terhadap tuntutan zaman,” ucapnya.
Pameran Nasional Kain Tradisional Nusantara 2025 dihadiri oleh Wakil Gubernur Provinsi Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen; Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah, Sadimin; Ketua Dekranasda Provinsi Jawa Tengah, Nawal Arafayasin; Forkopimda Provinsi Jawa Tengah, serta jajaran Kementerian Kebudayaan di antaranya Staf Staf Khusus Menteri Bidang Sejarah dan Pelindungan Warisan Budaya, Basuki Teguh Yuwono; Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi dan Industri Kebudayaan, Anindita Kusuma Listya; Direktur Sejarah dan Permuseuman, Agus Mulyana; perwakilan museum peserta pameran; dan tamu undangan yang tak kurang dari 200 orang.