Catatan Harian Abdul Rohman Sukardi – 10/05/2025
KDM, sebutan populer bagi Dedi Mulyadi. Gubernur Jawa Barat. Ia kini begitu dicintai masyarakat luas. Bukan saja rakyat Jawa Barat. Melainkan merembet ke rakyat di daerah-daerah lain. Layaknya virus merembet dan menjalar ke semua arah.
Komentar-komentar apresiatif datang di beranda media sosialnya berasal dari berbagai tempat di Indonesia. Bermunculan beragam satir. Meminta kapolri mencopot Dedi Mulyadi dari Gubernur Jawa Barat. Untuk dipindah dijadikan sebagai gubernur di daerahnya.
Dedi Mulyadi memicu “kecemburuan sosial”. Ada kehadiran sosok pelayan rakyat dengan banyak inisiatif problem solver. Sementara daerah lain dihadapkan kelangkaan dari figur semacam itu. Rakyat di luar Jawa Barat dibuat iri hati atas kehadiran KDM. Begitu kata satir-satir itu.
Inisiatif KDM dalam menyajikan problem solver menuai partipasi sukarela dari berbagai kalangan. Khususnya para netizen. Kebijakannya melarang “pesta wisuda” lulusan SD-SMP-SMA ditentang seorang bintang iklan pinjol. Perlawanan bintang iklan itu justru dilawan balik secara massive dari netizen.
Program Pendidikan Karakter KDM dengan membawa anak-anak bengal ke barak militer juga dilawan banyak pihak. Perlawanan itu juga dilawan balik oleh pasukan netizen secara sukarela. Pejabat pusat, anggota legislatif, tokoh-tokoh nasional, yang melawan kebijakan KDM dilawan balik. KDM tetap tidak bisa ditumbangkan.
Pertanyaannya adalah bagaimana menjelasakan “fenomena KDM” ini. Benarkah KDM melakukan pencitraan? Mencari panggung kepopuleran melalui media sosial. Atau karena ada sebab lain?.