“Istana Bowser Koopa! Wah, akhirnya kita bisa ngunjungin tempat tinggalnya musuh besar Mario!”
“Yups! Di situ ada wahana Mario Kart, Master! Kita bakal main mobil-mobilan tiga dimensi lewat augmented reality!”
“Then let’s go!” teriak Rama, lalu melesat ke istana Bowser Koopa.
***
“Wow, musiknya mulai tegang nih, Ta! Pencahayaan ruangan juga taram-temaram.”
“Iya, nuansanya jadi misterius, sekaligus bikin penasaran.”
“Btw, itu angka 20 angka apaan, sih?”
“Oh? Itu angka yang ngasih tau pengunjung berapa lama waktu yang diperluin buat ngantri wahana ini. 20, artinya dua puluh menit.”
Rama mengangguk, lalu kembali menebarkan pandangan ke lokasi antrian yang mengambil tempat di dalam istana Bowser Koopa.
“Keren ya, Ta? Tembok sama langit-langitnya nampilin video gitu! Ah, itu pasti perpustakaannya Bowser, ya?”
“Bener, Master! Liat, deh. Itu Si Bowser lagi ngeracik monster anak buahnya! Tuh, yang bentuknya kayak peluru. Master hapal nggak siapa nama musuh Mario itu?”
“Bullet Bill,” sahut Rama sedikit berbisik agar tidak mengganggu pengunjung lain. Wahita menjawab dengan anggukan kepala.
“Gantian aku yang nanya. Siapa nama musuh Mario yang kepalanya gede tapi cebol? Terus, daun berduri yang keluar masuk tong itu juga, kamu tau nggak namanya siapa?”
Wahita tersenyum lalu menjawab, “Goomba sama Pirana Plants. Itu sih aku juga tau, Master!”
Antrian pun bergerak maju, dan keduanya pun mengikuti pergerakan pengunjung.
“Asli deh! Aku belum pernah ngerasain antri tapi tetep bisa nikmatin wahana. Ini keren,” lanjut Rama lagi. Keduanya pun memuji warga Jepang yang bisa antri demikian tertibnya.
Setelah menyaksikan video tutorial, mereka pun sampai di kendaraan augmented reality Mario Kart.