Figur kedua dan ketiga ini bersisiran gerakan. Berhadapan dengan Ahok. Bersatu padu melakuan gerakan politik hingga pilpres 2024.
Ahok disatu sisi dengan Habib Rizieq-Anis Baswedan di sisi lain, tetap menyisakan residu konflik. Setiap saat bisa meledak. Merupakan sumber intrik politik yang tidak ada habis. Memori konflik itu tetap dirawat. Salah satunya untuk membangun soliditas pendukung. Pembesaran basis massa pedukung.
Veronica Tan diceraiakan Ahok. Pasca gagal menjadi Gubernur DKI. Kini ia dimunculkan sebagai menteri kabinet.
Vero bukan saja antitesa gerakan Ahok. Setiap kemunculan Ahok akan selalu ada yang menghadapkan pada eksistensi politik Vero. Kasus rumah tangga itu akan dieksploitasi untuk menihilisasi eksistensi politik Ahok..
Bukan itu saja.
Veronica akan menjadi simpul baru. Atau figur baru. Bagi kaum minoritas-pluralis. Maupun kaum pluralis-liberal. Sisiran massa ini tidak akan lagi menjadikan Ahok sebagai muara figur ketokohan politiknya. Kini Veronica figur itu.
Figur Veronica lebih bersih. Tidak tercemari imagi penista agama. Feminis. Bisa saja diframing sosok teraniaya atas hubungannya dengan Ahok. Veronika menjadi magnet basis massa yang dulu dinikmati Ahok.
Redupnya kartu politik Ahok, menjadikan imaji lawan bersama bagi kelompok Islam politik memudar. Tidak ada lagi bahan untuk menghidupkan memori perlawanan terhadap penista agama. Bahkan untuk sekedar diperingati setiap tahun.
Anies Baswedan, muara figur gerakan Islam politik sudah lebih dahulu meredup. Ia tidak memiliki kendali formal dalam kandidasi perpolitikan. Ia bukan bukan anggota atau pengendali partai.