Dahlan Iskan melalui tulisannya, “Bukan Bus”. Menggambarkan tidak ada berita prestasi teknologi yang dihadirkan dalam HUT 79. Sebagaimana terbang perdana pesawat bikinan anak negeri pada HUT ke-50. Berita teknologi justru penggunaan teknologi “Bus-Kereta” buatan RRC. Kendaraan ini melantai di area IKN. Bukan buatan teknologi anak-anak negeri. Masih harus tergantung produk luar.
Impor beras meroket 165%. Jadi 2,2 juta ton di awal 2024. Tahun ini diprediksi, impor besar mencapau 5,17 juta ton. Kata sebuah berita. Itu setara lapangan pekerjaan senilai 51 Triliun jika dikerjakan bangsa sendiri. Tanda kedaulatan pangan kita masih jauh panggang dari api.
“Tsunami kematian pabrik tekstil RI Nyata, 36 sudah tutup. Produk Cina membanjiri Indonesia”. Juga kata sebuah berita. Tanda kita masih dijajah produk-produk impor. Lapangan kerja rakyat kita disandera oleh produk-produk impor.
Tindak pidana masih tinggi. Pencurian dengan pemberatan, penipuan melalui telepon. Judi online. Belum lagi kasus-kasus korupsi. Masih sangat mengintimidasi rakyat Indonesia.
Kalangan akademisi juga sepi dari laporan kemajuan. Sempat mencuat gairahnya ketika pilpres. Mengkoreksi beragam kelemahan bangsa. Akan tetapi redup seiring pilpres usai. Tidak salah jika diduga partisan belaka.
Kita perlu memperoleh laporan-laporan kemajuan. Pada setiap front perjuangan melawan penjajahan. Pasca era kemerdekaan politik. Tahun ini rupanya masih sepi laporan kemajuan itu. Mirip keberhasilan sekutu mendaratkan pasukan di Normandia. Akan tetapi lambat dalam menusuk Jerman di Eropa. Untuk segera melepaskan cengkeraman Jerman dalam menjajah Eropa pada PD II.