Pada menit 19-23, Presiden Soeharto mengungkapkan secara terang-terangan ia meminta negara-negara maju tidak menggangu kebijakan Indonesia hingga tahun 2000. Pada tahun itu Indonesia akan menjadi negara industri baru. Kuat dalam pertanian dan didukung industri yang tangguh. Sebagai modal tinggal landas menuju negara maju.
Sejarah kemudian mencatat adanya keterlibatan petinggi organisasi internasional, IMF. Begitu pula dengan Presiden AS. Pada kasus pelengseran Presiden Soeharto pada Mei 1998.
Rakyat Indonesia dibuat marah. Untuk secara kolektif menuntut mundur pemimpinnya. Melalui tudingan KKN. Korupsi, kolusi dan nepotisme.
Ibarat pesawat, pilot dituntut pergantian pada saat hendak pesawat take off. Pesawat itu akhirnya crash di ujung landasan. Segenap orang bersorak, euphoria. Merasa dibebaskan dari kendali pilot yang diilusikannya sebagai figur sangat buruk. Euphoria itu melupakan fakta, bahwa segenap penumpangnya gagal terbang.
Berdasarkan video itu, kita bisa mengintip psikologi Presiden Soeharto pada kumparan peristiwa 1998. Ia bersedia dipilih kembali menjadi presiden pada tahun 1997 oleh dua hal.
Pertama, ia diyakinkan orang-orang terdekatnya, bahwa rakyat masih menghendaki kepemimpinannya.
Kedua, ia tidak hendak melarikan diri dari tanggung jawab untuk membawa Indonesia pada level yang dicita-citakan. Melewati tahun 2000. Menjadi negara industri baru. Modal bagi Indonesia untuk melaju menjadi negara maju.
Presiden Soeharto terbiasa membawa Indonesia melewati masa-masa krisis. Selama ini berhasil. Akan tetapi berbeda pada kasus 1998. Momentum krisis moneter telah dimanfaatkan sejumlah pihak untuk membakar kemarahan rakyat. Agar anti pada presiden Soeharto. Kemarahan itu tidak tertahankan melalui beragam aksi-aksi demonstrasi tanpa henti.