Menghidupkan Rute Mekah-Madinah-Al Aqsho

Oleh: Abdul Rohman Sukardi

Kenapa rute ke tiga tempat itu harus dihidupkan?

Adalah keterputusan Al Aqsho sebagai target destinasi ziarah spiritual dari dua tempat lainnya. Masjid Nabawi Madinah dan Masjidil Haram di Mekah.

Keterputusan itu dipengarui oleh konstalasi instabilitas Al Aqsho yang saat ini masih berada dalam pendudukan Israil. Walau pendudukan itu sebenarnya masih bisa disiasati untuk tetap menyambung rute Madinah-Mekah-Al Aqsha.

Masjidil Haram dan Masjid Nabawi secara rutin menjadi destinasi ibadah haji dan umrah. Masjid Nabawi sebenarnya bukanlah bagian rangkaian dari ibadah haji atau umrah.

Keberadaanya disambungkan sebagai salah satu mata rantai destinasi yang harus dikunjungi oleh jamaah haji dan umrah. Karena keutamaan itu.

Tahun 2023, jamaah haji seluruh dunia mencapai 2,8 juta orang. Terdiri dari 1,8 Jamaah haji internasional dan 1 juta jamaah haji lokal. Sementara itu pemerintah Saudi juga mengeluarkan tidak kurang 13,5 juta visa umrah.

Jamaah haji Indonesia sebanyak 221.000 pada tahun 2023. Sedangkan jamaah umrah berada dalam kisaran 800 s.d 900 ribu orang pertahun.

Penyelenggarakan haji dan umrah sudah relatif tertata manajemennya. Ummat Islam sudah dimudahkan untuk bisa memenuhi seruan Rasulullah SAW untuk mengunjungi Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Pemerintah Saudi sudah bekerja dengan baik.

Berbeda dengan kedua Masjid itu. Kunjungan ke Al Aqsho relatif rendah. Dengan berbagai alasan.

Pada akhirnya seruan atau rekomendasi Rasulullah SAW itu belum bisa dipenuhi ummat Islam sepenuhnya. Masih ada keterputusan satu mata rantai destinasi.

Penyelenggara jasa perjalanan umrah dan pemerintah negara-negara berpenduduk muslim perlu bekerjasama menyambung kembali rantai destinasi yang terputus itu. Dari Saudi Arabia ke Al Aqsho.

Lihat juga...