Enam Jam Kroasia-Bosnia, de-javu Enam jam di Yogya
Oleh: Noor Johan Nuh
Presiden Soeharto disambut haru campur gembira oleh Presiden Franjo dan rombongan kepresidenan lainnya.
Baru saja menjejakan kaki di Zagreb, didapat berita sedang terjadi pertempuran hebat di bandara Sarajewo—10 menit setelah pesawat yang ditumpangi Presiden Soeharto take off.
Adalah rahmat dan lindungan Allah semata yang menyelamatkan Presiden Soeharto dalam perjalanan itu.
Akan tetapi, secara nalar kemanusiaan, dapat diambil hikmah, betapa dua kelompok yang sedang berperang habis-habisan—menghentikan sementara pertempuran untuk menghormati sekaligus menghargai kedatangan Presiden Soeharto ke Sarajewo Herzogovina.
Seperti yang dituturkan Syafrie, keputusan Presiden Soeharto terbang ke Bosnia disampaikan kepada Presiden Franjo Tudjman dalam pertemuan pagi itu, bukan kepada Panglima ABRI atau Komandan Pasukan Pengamanan Presiden.
Juga mengenai jam keberangkatan, lama pertemuan dengan Presiden Bosnia, serta berapa lama Menteri Luar Negri memberi keterangan pers.
Semua ditentukan oleh Presiden Soeharto.
Adalah lama penerbangan pergi-pulang tiga jam.
Dari Bandara Sarajewo ke Istana pergi-pulang satu jam.
Pertemuan dengan Presiden Alija Izetbegovic satu setengah jam, dan keterangan pers dari Ali Alatas setengah jam, total dua jam.
Butuh waktu 6 jam, sejak berangkat dari Bandara Zagrep pukul 12.00, dan kembali pukul 18.00.
Perjalanan selama 6 jam Kroasia—Bosnia Herzegovina de javu dengan peristiwa 74 tahun yang lalu, yaitu Serangan Umum 1 Maret 1949 yang dipimpin Komandan Brigade X Letnan Kolonel Soeharto, berhasil menduduki Yogyakarta selama 6 jam. Kalkulasi metafisika yang sulit dinalarkan.