Enam Jam Kroasia-Bosnia, de-javu Enam jam di Yogya

Oleh: Noor Johan Nuh

Noor Johan Nuh

Sesuai prosedur penerbangan ke daerah konflik, semua penumpang harus mengisi formulir yang isinya pernyataan menanggung resiko masing-masing dalam penerbangan ini.

Presiden Soeharto meminta formulir dan mengisi sekaligus menandatangani.

Menggunakan pesawat terbang kecil buatan Rusia berpenumpang tidak lebih dari 12 orang, tepat pukul 12.00, pesawat tinggal landas.

Penerbangan dari Zagreb ke Sarajewo ditempuh dalam waktu satu jam tiga puluh menit.

Setengah jam sebelum mendarat, memasuki daerah pertempuran, penumpang diharuskan memakai helm dan rompi anti peluru.

Semua penumpang sudah mengenakannya termasuk crew pesawat, hanya Presiden Soeharto yang belum.

Lalu Sjafrie pindah duduk ke kursi di depan presiden sembari memegang rompi dan helm—sengaja memperlihatkan dan berharap agar Presiden memintanya.

Alih-alih meminta—Presiden Soeharto malah memerintahkan kepada Syafrie agar helm dan baju anti peluru itu nanti dibawa ke Museum Purna Bhakti Pertiwi.

Menjelang mendarat, di ketinggian 200 kaki—dari jendela pesawat Sjafrie melihat moncong senjata 12,7 yang biasa digunakan untuk menembak pesawat terbang—bergerak mengikuti laju pesawat.

Akhirnya pesawat mendarat mulus di Bandara Sarajewo.

Adalah Bandara Sarajewo dikuasai oleh dua pihak yang sedang berperang.

Wilayah utara landasan dikuasai oleh Serbia dan selatan dikuasai Bosnia.

Di tengah kepungan sniper yang bertebaran di sekitar lapangan udara, Presiden Soeharto turun dari pesawat hanya mengenakan jas dan kopiah, sedangkan anggota rombongan lainnya mengenakan jaket anti peluru dan helm.

Syafie ikut memakai kopiah menyamarkan dengan Pak Harto, sementara matanya menyapu jauh moncong-moncong senapan yang digunakan oleh para sniper dari kedua belah pihak.

Lihat juga...