MEMBACA LANGKAH POLITIK YENY WAHID
Oleh: Abdul Rohman Sukardi (ARS)
Perseteruan Gus Dur – Muhamin (setidaknya yang tampak di permukaan), sudah berlangsung lama. Muhaimin memegang keketuaan PKB yang konon tidak direstui Gus Dur juga sudah lama. Putra-putri Gus Dur bersama Gusdurian (sebutan untuk pecinta die hard Gus Dur), juga sudah begitu lama terus menerus menyampaikan “amanat” Gus Dur. PKB yang “diambil” Muhaimin harus diambil kembali.
Muhaimin tetap saja kokoh menjadi penguasa PKB. Berlangsung 18 tahun. Kini bahkan ia menjadi Cawapres dari Anis baswedan. Mbak Yeni (representasi Gusdurian dan Putra-Putri Gus Dur) telah mengungkapkan positioning politiknya. Tidak mungkin bersatu dalam arus politik dengan Muhaimin.
Kenapa keluarga Gus Dur tampak betul tidak ikhlas atas lepasnya PKB kepada Muhaimin?. Tentunya jauh dari motif balas dendam kekalahan politik. Gus Dur sebagaimana dipahami banyak orang berada dalam level kemerdekaan kepentingan. Baik kepentingan personal maupun keluarga.
Concern terhadap NU dan PKB lebih merupakan panggilan tanggung jawabnya mengamankan instrument perjuangan para ulama Indonesia. Ulama-ulama ahlus sunnah waljamaah yang dihimpun oleh kakeknya, Kyai Hasi Asyari, melalui jamiyah NU. Gus Dur tentu memiliki pandanganya sendiri soal NU dan PKB. Jauh melebihi tokoh-tokoh yang ada di kalangan NU.
Bagaimana kedua institusi ini bisa benar-benar membela kepentingan perjuangan ulama nahdhiyin. Bukan sekedar menjadi batu loncatan karir dan kepentingan berbagai pihak. Mungkin itu salah satu motifnya.
Lantas hal baru apa langkah dan reposisi politik Yeni Wahid yang menarik untuk kita cermati?. Bukankah perseteruan politik itu sudah lama.