Kini menjadikan bapaknya hidup sebatang kara. Menanggung beban berat seorang sendiri di sisa usianya. Tanpa istri, tanpa anak-anaknya.
Belum kering air mata, bila mengingat sebulan yang lalu sang ibu lebih dulu menghadap Sang Kuasa. Kini giliran dirinya dan adiknya. Bukankah jika saling mencintai, ditinggalkan dan meninggalkan itu sama beratnya.
Sundari masih tertegun dengan kejadian yang baru saja menimpanya. Dia tak kuasa mengemudikan motor untuk pulang ke rumah. Tubuhnya masih lunglai.
Beruntung salah seorang warga telah menyuruhnya untuk duduk di pelataran sambil memberi segelas air putih dan beberapa lembar tisu. Tampak bercak darah masih menempel pada baju Sundari.
Ponsel dalam tas Sundari berdering beberapa kali. Dia lalu mengangkatnya. Jantungnya semakin berdebar kencang. Pikirannya berkelindan dengan rasa takut yang mencekam, setelah mendengarkan ucapan, “Sundari, kau ada dimana?! Lingga dilarikan ke rumah sakit karena tiba-tiba tak sadarkan diri.” ***
Ivany Ratna, pecinta dunia literasi yang mengabdikan dirinya di dunia pendidikan. Dia telah menulis sebuah novel terbaru berjudul Kalkulator Tuhan. Beberapa buku antologi cerpen bersama juga telah terbit.
Redaksi menerima cerpen. Tema bebas tidak SARA. Cerpen yang dikirim orisinal, hanya dikirim ke Cendana News, belum pernah tayang di media lain baik cetak, online atau buku. Kirim karya ke editorcendana@gmail.com. Karya yang akan ditayangkan dikonfirmasi terlebih dahulu. Jika lebih dari sebulan sejak pengiriman tak ada kabar, dipersilakan dikirim ke media lain.